Header Ads

Cak Nun & Gamelan Kyai Kanjeng ~Suatu Ajaran Sesat atau Progresivitas?~


Jumat malam, 29 Maret 2013, jamaah sudah berkumpul di pelataran Masjid At Takwa di Minomartani. Megah, kata yang tepat untuk menilai masjid itu. Dan benderang oleh lampu neon di tengah cuaca mendung yang panitia mengakui mengancam hajatan mereka. Tua muda, lelaki perempuan, juga anak anak, telah menunggu kehadiran si Kiai Mbeling, Cak Nun.

'Jamaah Maiyah, Mas?' tanya seorang bapak di sampingku. Teman kos yang kuajak, Baron, sibuk melinting tembakaunya.
'Baru dua kali, Pak.' jawabku biasa. Aku tak begitu tertarik dengannya karena bau badannya bau. Jujur, aku rasis cuma dalam hal ini saja. Selebihnya tidak.

Si bapak di sebelahku itu pun bercerita panjang lebar tentang sosok Cak Nun. Ia menyebut, Kiai yang pernah hidup di Jalan Malioboro punya ilmu Laduni.

'Apa itu ilmu laduni, Pak?' tanyaku.
'Cak Nun mahir membaca isyarat yang diberikan Tuhan. Allah.' jawabnya.
'Jadi tahu sebelum kejadian ya, Pak?'
'Dukun maksudmu, Nak?'
Lalu si bapak itu menjelaskan jika ilmu Laduni bukan sesuatu yang istimewa. Asal mengasah kepekaan hati, pertanda alam yang seperti dihamparkan di Bumi akan dapat dibaca oleh pikiran jernih.

***

Bayanganku pun tertarik ke belakang oleh memori pergumulanku dengan pemikiran Cak Nun. Berawal dari mimpi bertemu kakek keArab Araban ku, aku berdiskusi dengan teman akrabku di Bandung.

'Kakekmu tepat, Dan!' seru temanku. 'Gaya tulisanmu mirip mirip Cak Nun; tak bisa dibatasi, nyeleneh, dan suka mengorek ngorek. Tapi ....'
'Tapi apa?' tanyaku penasaran sekaligus bangga. Manusiawi sekali jika rasa takjub yang kental sombongku masih ada di diriku.
'Tapi Cak Nun jauh .... di atasmu!'
'Huh ....'

Ambyar sudah pujian yang temanku berikan. Anganku sudah di langit, tiba tiba ambleg ke tanah. Lemas tak keruan, tapi kuanggap itu tantangan yang ia berikan padaku.

'Ini buatmu!' Ia mengulurkan buku 'Markesot Bertutur'. Sampul warna birunya yang bergambar salah satu tokoh punakawan, Petruk, sedang berceloteh. 'Cermati cara berpikir Cak Nun. Kalau bisa, kau mampu, dekati dia!'

Aku mengangguk dan segera minta pamit sama temanku itu.

***

Tepat jam 8 malam, pengajian dimulai dengan penampilan Gamelan Kiai Kanjeng. Pikiranku melayang ke Sunan Kalijaga, anggota Wali Songo yang berdakwah salah satunya dengan instrumen gamelan. Kucermati, melodinya aneh. Tidak seperti gamelan Jawa pada umumnya, juga tidak seagresif gamelan Bali. Niat mencari tahu lebih dalam tentang keunikan Gamelan Kiai Kanjeng masih ada dalam batinku. Info info yang kudapat, Kiai Kanjeng berhasil menembus Vatikan dan Israel melalui gamelan itu.

Dan Cak Nun tampil. Berbaju putih bersih dan kopiah putih dengan atasnya berwarna merah gaya khasnya, Lelaki berusia 60 tahun itu langsung menyihir jamaah. Ucapan provokatif yang Cak Nun tampilkan lewat guyonan khas Jawa Timuran nyata lebih dari buku Markesot Bertutur. Di pengajian ini, Cak Nun sangat bebas meletupkan pemikiran pemikirannya.

'Hati hati, Dan.' SMS temanku di Bandung. 'Cak Nun punya senjata yang bisa menjebak kita. Dia melepaskan pandangan yang melawan arus namun dia membungkusnya dengan rapi dan terkesan realistis.'

'Jadi dia berbohong?' balasku.

'Bukan berbohong. Dia menantang kita untuk kritis!'

Sepanjang pengajian yang cair, menarik, dan penuh gelak tawa, Cak Nun mengaku bukan seorang kiai, ustaz, habib, atau apapun. Ia hanya seorang biasa yang bertugas memberikan energi pada orang orang di sekelilingnya. Kalau kalian mengikutiku, kalau aku jelek, siapa mau tanggung jawab, kurekam perkataan Cak Nun kurang lebih begitu.

Ada beberapa hal yang menggangguku:
1. Cak Nun menyebut ornamen Sinagoga, tempat ibadah umat Yahudi, sama dengan ukiran Jepara.
2. Bisa Jadi Nabi Muhammad SAW orang Jawa karena nabi tidak seperti orang Arab pada umumnya.
3. Orang Jawa masih ada ikatan darah dengan orang Yahudi karena keturunan Nabi Nuh.
4. Lokasi Nabi Ibrahim dibakar bisa jadi di Tanah Jawa atau Myanmar karena jenis kayu yang ada hanya di dua tempat itu di dunia.
5. Siti Hajar bisa jadi bukan orang Arab karena saat kebingungan mencari cari air menunjukkan ia bukan orang asli tempat kejadian. Dan nama Hajar tidak lazim dipakai orang Arab. Kalau di Jawa banyak dipakai; Ki Hajar Dewantara.

Pertanyaan itu masih menggantung di pikiranku.

--Bersambung--

______________________
Mengobrol teduhlah kita di www.rumahdanie.blogspot.com
Sumber gambar: google

18 komentar:

  1. Hey katak keluarlah dari salam tempurung

    BalasHapus
  2. hehehe, kan tadi sudah dibilangin temannya bahwa Cak Nun meletupkan pikirannya supaya audiens menjadi kritis atau mengkritisinya. Loh, kok di terima mentah-mentah, ya jelas terganggu pikirannya to.....

    BalasHapus
  3. Setuju dengan anon di atas saya, coba jangan diterima mentah-mentah

    BalasHapus
  4. Hahaha...... sesat ???? Km muslim aj ndak ada yg tau . Mikir!!!!!

    BalasHapus
  5. Aduh mas... Ini numpang pundak orang lain biar keliatan tinggi namanya. Semangat mas. Jika mau. Km lbih dari caknun. Tapi......

    BalasHapus
  6. semoga kita semua bukan termasuk golongan "kempong" seperti yang Cak Nun maksud....

    BalasHapus
  7. dan.. mohon maaf yang sedalam-dalamnya untuk ketiadaan ilmu pengetahuanku yang bisa membantumu untuk terhindar dari "gangguan" pertanyaanmu. salam..

    BalasHapus
  8. Seolah2 orang jawa segalanya....

    BalasHapus
  9. Jangan mengkafirkan orang lain, karena belum tentu diri anda tidak berbanding terbalik.

    BalasHapus
  10. saya setuju kalimat yang dilontar kan cak nun itu sifatnya kritis, kalo saya yang masih bodoh ini boleh beropini mungkin bisa ditambahkan oleh teman2 yang lain yang insha Allah lebih memiliki ilmu yang lebih dalam lagi :
    1. Cak Nun menyebut ornamen Sinagoga, tempat ibadah umat Yahudi, sama dengan ukiran Jepara.
    itu mungkin karena interaksi budaya atau kesaman insting budaya manusia, seperti halnya piramid d mexico menyerupai piramida di mesir, padahal jaraknya sangat jauh
    2. Bisa Jadi Nabi Muhammad SAW orang Jawa karena nabi tidak seperti orang Arab pada umumnya.
    maksudnya mungkin ia berkelakar bahwa sebagai penerang bahwa kelembutan itu adalah budaya islam, bukan budaya arab mesku nabi keturunan arab (dari nasab )
    3. Orang Jawa masih ada ikatan darah dengan orang Yahudi karena keturunan Nabi Nuh.
    iya, sebab golongan manusia pada umumnya berkembang dari Nabi Nuh, seperti halnya kita bisa mengatakan orang jawa ada ikatan darah dengan orang inggris karenasama-sama keturuanan Nabi Adam
    4. Lokasi Nabi Ibrahim dibakar bisa jadi di Tanah Jawa atau Myanmar karena jenis kayu yang ada hanya di dua
    kalo menurut saya ini hanya umpan agar kita mau tabayun agar sesuatu itu tidak diterima mentah- mentah sebuah cerita , meski kita umumnya tahu bahwa nabi Ibrahim dibakar di Negeri Babilon, dan pada saat itu mungkin saja sudah ada hubungan dagang antara babilon dengan negeri jawa atau myanmar. Walahu Alam

    BalasHapus
  11. Sakjane ga usah ditulis... ben proses ng utekmu wae, wong rung enek output'e kok ditulis??

    BalasHapus
  12. ...itu bahasa kiasan caknun, banyak yg bukan arti sebenarnya, banyak yg guyonan. penulinya parah banget...

    BalasHapus
  13. menurut saya, sekali lg menurut saya pribadi pemikiran cak nun itu sangat cerdas, jika setiap rangkaian kalimat yg di lontarkan oleh cak nun di pikir lbh dalam lagi, seakan mengajak akal dan pikiran kita jadi luwes dan luas,..

    BalasHapus
  14. Semua Ilmu ada kebaikan yang bisa diambil hikmahnya halau hanya sebutir padi. Ambil kebaikan tersebut dan buang hal yg tidak baik. Untuk itu kita harus menjadi muslim yg sejati sebelum mendengarkan wejangan Caak Nun

    BalasHapus
  15. Mnurutku simpel si klu otak kita lom sampai jgn mnghujat lom tentu yg di hujat salah jg sebaliknya.... Belajar yg banayak telitu dan sportif dlm komen jgn ada kebencian di setiap diskusi pasti indah.

    BalasHapus
  16. ber prasangka buruk thdp orang itu gak baik mas,kita ini sama2 islam harusnya gak boleh menyudutkan sesama muslim,urus drimu sndri mas sblum mungurus orang lain klau kamu mrasa pling bnar knapa kamu gak jadi tuhan aja mas....

    BalasHapus
  17. pesen ku ora usah nggugu lathi ne uwong . . seng mok gugu mung nabi muhammad saw karo kemantepan ati mu ngger... kabeh menuso ki nduwe hak untuk berbicara...
    masalah kritis... itu bukan dari orang lain tapi dari kita sendiri.. mau berpikir nggak... ngunu...
    ngapunten mbok menawi salah... iki mung saling mengingatkan sesama

    BalasHapus