Uli membuka acara.
‘Selamat malam Indonesia!’
Sebentar. Bukan Uli Herdiansyah, yang kadang berMC gosip dan kalau sadar memegang acara motivasi. Tapi Uli Sigar Rushadi. Perempuan tangguh pecinta alam. Lengkap dengan kain melingkar kepala, gitar tua menyilang di tubuh, ia berucap:

‘Sahabat super. Bertemu kembali di Golden Hamster Ways.’ suaranya dalam. ‘Alam kita sudah merana. Hutan gundul. Air laut asin. Mata air menghilang. Entah siapa yang mencuri.’

Hadirin bertepuk tangan. Menurut aba aba pemandu sorak TV. Ada yang terpaksa, banyak yang antusias, sedikit yang narsis, tak jarang memasang wajah standar. Begitulah acara bertarget rating selangit. Seorang produser musti berotak sembilan. Agar masyarakat mau sekadar melirik untuk menonton program itu.

Uli mendeham. Sangat berwibawa. Tidak keganjenan. Auranya menyatu dengan alam, gunung, danau, kawah, dan barak pengungsian Merapi.
‘Sahabat Super. Tema kita malam ini sangat spesial. Tentang Persahabatan, Utang, dan Keikhlasan.’
Kembali lagi hadirin bertepuk tangan.
‘Kita sambut sang motivator andal kita; Super Mario Bros!’

***

Uli Sigar Rushady dipilih bukan tanpa sebab. Ia berkarakter. Diharapkan dengan kekuatan pribadinya, pemirsa di studio dan rumah termotivasi menjadi lebih baik, bersemangat, dan pantang mengeluh. Status kejandaan dirinya, dicerai Pak Rushady 2010 lalu, tak membikin rendah diri. Uli tetap tabah.

Sesuai rencana, sebenarnya presenter acara Golden Hamster Ways adalah Rafi Achmad. Tapi karena Juni Sara tengah tersandung kasus rasisme, ia menyiksa pembantunya asal Afrika, Rafi batal. Ulilah yang dipilih.

Sahabat Super, bersambung. Super.