Header Ads

Mengejar Matahari Matahari Lokal

Mengejar matahari. Bangun dari mimpi segera dan mengambil air wudlu. Melapor kepada Tuhan tentang apa yang dimimpikan semalam. Berkeluh karena dikejar makhluk luar biasa besar, atau bercerita hebat tentang pertemuan dengan kekasih yang jauh, di lintas batas benua yang tak pernah ditemui.

Di antara deru orok para bujang dan gadis, subuh ini matahari belum bertanda akan muncul. Belum hangat tanah bumi ini. Justru embun yang seakan berkuasa. Menarik kembali, lebih dalam, agar tak usahlah berdekat dekat dengan matahari. Karena sang Surya adalah kejam. Yang menaikkan suhu bumi hingga air laut naik, membuat banjir yang membinasakan permukiman warga di kampung sana. Dan aneka bujukan dilontarkan oleh embun yang berkabut.

Mengejar matahari satu jam lagi. Mempersiapkan diri, mandi dan sarapan. Tak lupa berpakaian. Dengan bacaan pengusir setan dibatin, agar tak ada ganggu sepanjang hari bekerja.

Teman teman mulai bernyawa. Ada yang batuk, suara keretak tulang saat mereka menggeliat. Dan ini berarti pertarungan segera dimulai. Memperebutkan uang untuk disombongkan antara kami. Siapa yang paling banyak memiliki aset, itulah yang bermakna ia berhasil menjerat matahari. Dan selanjutnya, satu persatu yang kalah, tersisih untuk terus bergelut dalam penyesalan. Matahari benar benar tak sebijak rembulan.

Mengejar matahari tanpa henti. Itu adalah wajar.



Tidak ada komentar