Header Ads

Multiply: Kumpulan Penulis Pecundang (Tanpa) Multitalenta

 I'm the Greatest, I'm the King!

 
"Kutantang wahai kalian penulis pecundang!” sesumbar seorang penulis tak bernama dari balik dinding kreativitas.

            Sangat jujur dan spontan, sesuai dengan kenyataan. Itulah yang benar-benar terjadi di perkumpulan multiply. Tak ubahnya seperti tempat berkumpulnya para gadis penggosip penggila lelaki aduhai. Atau barangkali kumpulan ibu-ibu pencari kutu rambut yang suka membuat arisan bulanan. Multiply hanyalah ajang hura-hura, penyajian prestasi penuh kebohongan, dan penghujatan karya seni yang sebetulnya otonom.

            “Sombong sekali kau! Apa makna semua tulisanmu? Tak ada sama sekali!” umpat seorang penulis yang mengaku dirinya sastrawan.

            “Kita boleh berbeda pendapat bukan? Semua ini kuungkapkan dengan amat elegan dan berwibawa. Tidak asal menguap di mulut. Kuucapkan jujur melalui tulisan indahku. Tak seperti kalian yang pelit menunjukkan karya dan menyimpannya di lemari penuh debu!” Ucap sastrawan mbeling sembari bersembunyi entah ke mana.

            Bila beberapa orang bermimpi bahwa kelak Rindunesia akan memiliki penulis kelas dunia, jawabannya adalah SEBUAH KEMUSTAHILAN. Tak akan pernah terjadi. Sementara penulis yang hebat pun akan masuk penjara karena menentang pola pikir pemerintah. Dan Multiply adalah penjara bagi para pecundang. Sama halnya dengan pemerintah yang anti pati terhadap sepak terjang penulis handal. Multiply hanya ajang penunjuk bahwa si A suka memasak, si B adalah penerjemah tersempurna, si C menganut aliran garis keras. Tak ada pemikiran yang ditawarkan. Sama halnya dengan kumpulan orang-orang yang mengaku pintar tapi kosong secara visi.

            Bukan berarti mengumpat dan menunjukkan kemampuan lebih, tapi mari bersaing menunjukkan kapasitas diri di multiply. Merombak wahana kreativitas yang telah bergeser. Selamanya Rindunesia tidak akan memiliki penulis kelas dunia, jika hanya berkutat pada budaya bicara tanpa isi.

            “Kutantang wahai kau penulis di multiply!” serang penulis tanpa wajah.

7 komentar:

  1. jgn terlalu dianggep serius. blogging lebih buat self learning, buat merenung. kalo mau berkompetisi yah nulis serius kemudian dikirim ke media. yg rileks2 aja lah :)

    BalasHapus
  2. Hah ... Bukankah tulisanku ini bersifat perenungan?
    Tulisan ini sih personal sajah hehehehe
    Jika terpacu, bicaralah
    Kalau tersinggung, berdoalah

    BalasHapus
  3. Aku terlalu sibuk meng-update blog-ku dan terlalu sibuk meng-upload lagu sehingga aku tak tau wacana apa yang sedang ditawarkan. Maaf, aku tak berbicara. Lebih tepat dikatakan bahwa aku merepet.

    BalasHapus
  4. Loh ada yang merepet, ada yang tertawa.
    Dan mari tertawakan ajang diskusi ala topeng monyet ini!
    Na na na na ... Aku bukan boneka, boneka!

    BalasHapus
  5. Siapakah pawang monyetnya?

    "Dasar monyet!!!" rutuk sang penulis tanpa nama.

    BalasHapus
  6. aku pawang monyetnya!
    terserah yang mau ngaku monyet! hehehe

    BalasHapus