Header Ads

Permen Sunduk dan Seorang Bocah Ingusan

Permen sunduk jatuh ke tanah. Belepotan pasir. Dipungut oleh seorang anak kecil. Dibawa lari, menuju Mama tercinta. Dan ia bertanya, apakah bisa permen itu dimakan. Lalu, si Mama membentak.

Permen sunduk dibuang. Sejauh jauh si bocah mampu melempar. Permen melayang layang di udara. Kepala permen dan tangkai saling berganti posisi. Dan menghempas tanah. Kembali berlumuran pasir. Di antara rerumputan.

Permen sunduk kini sendiri. Menunggu bocah lain mengambil dirinya. Dan pertanyaan sama akan disuguhkan kepada Mama si bocah. Tidak lagi jawab yang membentak, tapi yang menjelaskan. Jika permen itu sudah bercampur dengan kuman. Membuat sakit perut. Tak layak lagi dimakan. Begitu yang diingini. Karena permen sunduk adalah sebuah cerita yang tidak menegangkan. Tapi menceriakan. Tidak hanya saat dibeli dari toko, dibuka plastiknya, tapi semuanya.

Permen sunduk. Pasti kau berteman dengan para semut. Yang menghargai arti kata manis. Dan menyajikannya secara mewah kepada Ratu Semut. Berikut sari sari yang menahan sengatan dingin di musim beku. Tenang wahai Permen Sunduk.

Sekarang tiba saatnya menanti. Tunggulah barang sebentar. Kau akan mengerti jika waktu akan menjawab dengan semestinya. Tak perlu ragu, karena semua sudah berukuran. Dengan takaran yang pas.


Tidak ada komentar