Header Ads

Hargamu Dua Liter Bensin +/- Sepuluh Ribu Rupiah

Kuhargai kau sepuluh ribu rupiah. Merah raportmu, terbakar semua. Mata bernilai seratus rupiah. Rambut lima ratus rupiah. Hidung lebih adil kukasih seribu rupiah. Telinga yang berhias tindik emas, layaknya mendapat harga dua ratus rupiah.

            Memang tubuhmu yang paling indah. Dada kuberi nilai seribu rupiah. Tangan dengan jari-jari cantik, aku rasa berkisar antara seribu sampai dua ribu rupiah. Tapi, lebih tepat delapan ratus rupiah saja. Pinggul yang asyik tak lebih dari seribu lima ratus. Kaki bak belalang, tak semewah milik para model memang, kusebarkan tujuh ratus lima puluh rupiah. Kuku-kuku yang terawat dan harum senilai tiga ratus rupiah.

            Layakkah aku menilai kekasih dari tubuhnya?

            Sepuluh ribu itu sudahkah kubayarkan untuk semua bagian tubuhnya?

            Adilkah aku berpikir seperti ini?

            Aku telah terjebak mengikuti gaya teman-temanku. Menilai orang dari tubuh dan penampilan luar. Menyepelekan hal terdalam, hati.

            Sekarang aku bertanya, jika kekasihku menilai diriku, aku mendapat nilai berapa rupiah? Bisa jadi, dia tak sudi dan lebih memilih pergi meninggalkanku.

            Hidup dalam balutan rupiah, bukan solusi terbaik.

Tidak ada komentar