Cintaku jatuh di pelukan tuan tanah bernama Puji Asimilasi
Spontan, aku terlonjak saat ibu menjodohkanku dengan lelaki tua. Seuzur ayahku. Tapi dia tuan tanah terkaya di seluruh penjuru kampung. Juragan Cina penjual cengkih di sebelah rumah tak ada apa-apanya. Aku hanya bisa mendengar bincangan tetangga, jika lelaki yang dijodohkan denganku sungguuh kaya. Mana peduli aku. Yang kutahu hanya bermain. Bersama gadis-gadis kampung. Apaagi bulan purnama tiba kami sangat menyukainya. Kami sering berpantun.
Tupai melompat mencari kenari. Andai dewasa kudapat, ayah ibu kuberi seorang peri.
Kami suka membayangkan menjadi peri. Temanku, hijau. Yang satu kuning. Kadang aku memilih hitam atau tak berwarna. Dua hari lagi tengah bulan, purnama datang kembali. Bersamaan pernikahanku dengan kakek peyot berbulu lebat.
Namaku Dewi. Cukup Dewi. Aku bertanya, mengapa ayah memberiku nama itu. Jawab ibu singkat, agar aku menjadi dewi penyebar kebaikan. Ayah selalu menghiburku, menyebut-nyebut namaku, kapan pun, ketika ada tamu berbusana mahal.
Anakku |Dewi sudah besar. Sebentar lagi dua belas tahun, ayahku selalu mengucapkannya dengan bangga.
Pasti moncor ya, Pak. Ayah ibunya cakep. Anaknya sudah jelas. Aku melihat bibir hitam salah satu tamu ayahku. Tak tahu apa yang dia maksud.
Mereka tertawa. Mengintip dari jendela, aku segera diminta ibu agar tidak menguping dan kembali ke dapur. Samar, kelanjutan perbincangan itu tak dapat kudengar utuh. Aku membayangkan tamu itu seorang guru. Satu temanku pernah bercerita di kampung sebelah ada satu sekolah. Di sana banyak anak belajar membaca. Membaca apa, aku tak mengerti. Di kampungku tempat keluarga kami tinggal, semua bekerja dan tidak ada satu pun yang bersekolah.
Malam ini, aku, ayah, dan ibu berada di dapur. Ibu tengah memasak nasi, ayah memberiku ucapan yang tak kumengerti. Yang kutahu, aku harus kawin. Dengan tuan tanah terkaya di kampungku, lelaki tua itu.
--bersambung
Tupai melompat mencari kenari. Andai dewasa kudapat, ayah ibu kuberi seorang peri.
Kami suka membayangkan menjadi peri. Temanku, hijau. Yang satu kuning. Kadang aku memilih hitam atau tak berwarna. Dua hari lagi tengah bulan, purnama datang kembali. Bersamaan pernikahanku dengan kakek peyot berbulu lebat.
Namaku Dewi. Cukup Dewi. Aku bertanya, mengapa ayah memberiku nama itu. Jawab ibu singkat, agar aku menjadi dewi penyebar kebaikan. Ayah selalu menghiburku, menyebut-nyebut namaku, kapan pun, ketika ada tamu berbusana mahal.
Anakku |Dewi sudah besar. Sebentar lagi dua belas tahun, ayahku selalu mengucapkannya dengan bangga.
Pasti moncor ya, Pak. Ayah ibunya cakep. Anaknya sudah jelas. Aku melihat bibir hitam salah satu tamu ayahku. Tak tahu apa yang dia maksud.
Mereka tertawa. Mengintip dari jendela, aku segera diminta ibu agar tidak menguping dan kembali ke dapur. Samar, kelanjutan perbincangan itu tak dapat kudengar utuh. Aku membayangkan tamu itu seorang guru. Satu temanku pernah bercerita di kampung sebelah ada satu sekolah. Di sana banyak anak belajar membaca. Membaca apa, aku tak mengerti. Di kampungku tempat keluarga kami tinggal, semua bekerja dan tidak ada satu pun yang bersekolah.
Malam ini, aku, ayah, dan ibu berada di dapur. Ibu tengah memasak nasi, ayah memberiku ucapan yang tak kumengerti. Yang kutahu, aku harus kawin. Dengan tuan tanah terkaya di kampungku, lelaki tua itu.
--bersambung
BalasHapusJadi ingat Srintil.
Perawannya dilelang teruntuk penawar tertinggi. Ringgit emas peninggalan Ompungku masih ada ngga ya? Ndhy, pinjem ringgit emas dong. Sukur-sukur ingat, kuganti.
Jual tanahmu sana.
BalasHapusAku aja bingung cari harta karun apa lagi. Dah bosan emas jeeeeee hahaha
BalasHapusSawit mau, Ndhy? Mumpung murah ini.... Beli seribu hektar kek, beberapa bulan lagi harganya mesti naik lagi.... Investasi, investasi.
Yes, mau aku. Ah rese, kamu yadi notariku. Mana tahan. Aku mudah ditipu kalee.
BalasHapusTapi aku lihat tren pasar dulu ya. Ah, tawaranmu keren juga. Sik aku diskas dulu ama penasihat kebatinanku
BalasHapusMbah Gelung??? Aih, sudah pantas kau ganti konsultan spiritualmu, Ndhy.... Mbah Gelung tuh sisa jaman Orba, gak aptudet.... Pilihlah yang bisa konsultasi via sms dong ach....
Oh iya ya. Pikun benar aku. Sekalian bisa ngobatin ambeien ga? Tanpa disentuh?
BalasHapus
BalasHapus..............
................
..................
.....................
....................... Baik, kau sudah sembuh. Pulanglah ke Awis Krambil.
Cepat banget. Ga disentuh aja hamil. Apalagi diusep.
BalasHapus
BalasHapusWooooo dasar Gelar. Anak multi-etnis sumbang.
O gapap. Hasil arisan kan?
BalasHapus
BalasHapusMinggu ini giliranku narik, kan?
.... Arisan tu gimana sih Ndhy? Seumur-umur kok aku ga pernah arisan.... Arisan tuh semacam babi ngepet bukan?
Ah diboongin percaya mulu. Arisan tu kaya nabung. Tp ada sensasinya. Pas nmor dikocok dari kaleng, keluar, ibu ibu pada histeris. Kau hrus coba
BalasHapus
BalasHapusJudi ya Ndhy? Kalo maen kocok-kocok gitu, bukankah semacam mengundi nasib?
.... Dikocok enak ngga ya?
Halah.Zaman sekarang lurus2, kemakan kau. Aku ding. Ngepet, nggrondeng, jg gpapa.
BalasHapusGa ngundi nasib ko. Cma coba2 nasib mujur ga.Pusing to.Ya dah minum arak Ranto ae
Hus!!! Ga bole minum tuak.... kalo dewe-dewe.... Ajak-ajak laaaah.... >:p
BalasHapusHayuk ae. Nikmati produk lokal impianmu. Ya tooo
BalasHapus
BalasHapusI luv cewe Jogja.
Ah lu bikin aku mikir. Tentang pagi jd trit, malam jd trot. Isu mah!
BalasHapus
BalasHapusLha, aku tau dari pelaku di lapangan, jeee.... Mana mungkin ku asal nyablak kalau tak dapat info.... Makanya aku pengen memastikan keabsahannya padamu, juragannya.... Hwahahaaaaaaa....
Yang juragan temanmu dong. Aku tak tahu yah. Lupakan saja. Gapapa lah.
BalasHapus
BalasHapusYa sudah. Kita membahas mangut lele saja, kalau begitu.
Oke sapa takut. Tapi yen dlam byanganku, mangut tu pakai ikan pari bakar. Lebi enak. Lele aku ndak doyan. Ada yang blang,miaranya di septik tank. Buju koneng
BalasHapusLha, yang kau makan kan lelenya, bukan konengnya itu jeeee.... >:p
BalasHapus.... Kalau kubilang mulut ikan pari itu merupakan alat senggama para pelaut, mesti besok-besok kau ga doyan pari lagi, hwahahaaaaa....
Ah gosip!
BalasHapusLah njijiki powl kamu tuh. Mengerikan.
Masak alat senggama? Yang lain to yo Kelik.
BalasHapusBukan aku yang bilang, Moammar Emka yang bilang.... Dia kan emang spesialis peneliti selangkangan jeee....
Oh kalo begitu aku takluk. Bukankah dia bahan rujukan hal hal begituan?
BalasHapusDia kloningnya Mr. Rondan