Monyet Vs. Sekumpulan Siamang (Membaca Buku)
Sekumpulan siamang sedang bergosip. Ada empat siamang perempuan dan seekor siamang lelaki.
Siamang perempuan #1: Mengulek sambel buat bikin rujak.
Siamang perempuan #2: Mengoceh rumor terhangat dan mengorek-ngorek kesalahan orang
lain.
Siamang perempuan #3: Memelototi majalah paling hot sambil meracau tak jelas arah.
Siamang perempuan #4: Bersolek, menepuk-nepukkan bedak impor, juga memoles bibir
dowernya. Sepertinya dia pemimpin kumpulan siamang tersebut.
Siamang lelaki: Ikut-ikutan saja. Ini karena dia bukan orang kantoran. Jadi karena jenuh
karena statusnya sebagai pekerja lepas, dia ikut-ikutan menggosip seraya berharap
otaknya menjadi encer dengan obrolan keren itu.
Di lain tempat, si monyet dekil sedang membaca buku yang cukup sulit baginya. Sering kali dia menggaruk-garuk kepala juga pantatnya. Berpikir keras mencari tahu buku jenis apa yang terhidang di hadapannya. Dibolak-balik, ternyata buku tersebut adalah ensiklopedia permonyetan.
"Wah ... ada jenis spesies lain selain diriku! Apa ya ...."
Dia terus berpikir sampai serasa kepalanya mau pecah.
"Mmm ... spesies SIAMANG. Hobi mengutuk, menggosip, dan bersenda gurau."
Ah sepertinya buku ini terlalu menyudutkan spesies lain. Tapi, ada yang menarik ...
"Aku baca tuntas sebelum kututup buku ini, barangkali ada benarnya."
Siamang adalah binatang terkutuk berasal dari neraka yang suka menjelek-jelekkan orang lain. Hal ini ditunjang dengan kegemaran mereka berkumpul, meracau, dan melepaskan umpatan-umpatan kotor.
Gen yang paling berperan adalah gen sirik dan menganggap rendah orang lain. Proses belajar adalah hal tabu buat mereka karena mereka adalah kelompok anti-pembaruan. Jika ada spesies lain yang ingin mendekati mereka, serta merta mereka akan berteriak-teriak nyaring.
Kapasitas dan kualitas otak siamang tidak lebih bagus dibandingkan monyet, menurut beberapa peneliti.
"Ah ... aku harus adil menyikapi hasil penelitian ini. Biarlah pendapat tinggal pendapat. Yang penting aku belajar terus dan tak memedulikan ocehan buku ini!"
Monyet bagaimanapun tak lebih cerdas dibandingkan kumpulan siamang yang tengah bergosip deras. Namun setidaknya dia memiliki rasa juang yang tinggi dan tak pernah memperlakukan seekor binatang pun dengan picik. Apartheid baginya adalah hal tertabu.
Siamang perempuan #1: Mengulek sambel buat bikin rujak.
Siamang perempuan #2: Mengoceh rumor terhangat dan mengorek-ngorek kesalahan orang
lain.
Siamang perempuan #3: Memelototi majalah paling hot sambil meracau tak jelas arah.
Siamang perempuan #4: Bersolek, menepuk-nepukkan bedak impor, juga memoles bibir
dowernya. Sepertinya dia pemimpin kumpulan siamang tersebut.
Siamang lelaki: Ikut-ikutan saja. Ini karena dia bukan orang kantoran. Jadi karena jenuh
karena statusnya sebagai pekerja lepas, dia ikut-ikutan menggosip seraya berharap
otaknya menjadi encer dengan obrolan keren itu.
Di lain tempat, si monyet dekil sedang membaca buku yang cukup sulit baginya. Sering kali dia menggaruk-garuk kepala juga pantatnya. Berpikir keras mencari tahu buku jenis apa yang terhidang di hadapannya. Dibolak-balik, ternyata buku tersebut adalah ensiklopedia permonyetan.
"Wah ... ada jenis spesies lain selain diriku! Apa ya ...."
Dia terus berpikir sampai serasa kepalanya mau pecah.
"Mmm ... spesies SIAMANG. Hobi mengutuk, menggosip, dan bersenda gurau."
Ah sepertinya buku ini terlalu menyudutkan spesies lain. Tapi, ada yang menarik ...
"Aku baca tuntas sebelum kututup buku ini, barangkali ada benarnya."
Siamang adalah binatang terkutuk berasal dari neraka yang suka menjelek-jelekkan orang lain. Hal ini ditunjang dengan kegemaran mereka berkumpul, meracau, dan melepaskan umpatan-umpatan kotor.
Gen yang paling berperan adalah gen sirik dan menganggap rendah orang lain. Proses belajar adalah hal tabu buat mereka karena mereka adalah kelompok anti-pembaruan. Jika ada spesies lain yang ingin mendekati mereka, serta merta mereka akan berteriak-teriak nyaring.
Kapasitas dan kualitas otak siamang tidak lebih bagus dibandingkan monyet, menurut beberapa peneliti.
"Ah ... aku harus adil menyikapi hasil penelitian ini. Biarlah pendapat tinggal pendapat. Yang penting aku belajar terus dan tak memedulikan ocehan buku ini!"
Monyet bagaimanapun tak lebih cerdas dibandingkan kumpulan siamang yang tengah bergosip deras. Namun setidaknya dia memiliki rasa juang yang tinggi dan tak pernah memperlakukan seekor binatang pun dengan picik. Apartheid baginya adalah hal tertabu.
beda ya orang yang jago mah..
BalasHapusbikin "beginian" ajah nyeni..
ajariiinnnn..
Toh cuma monyet ...
BalasHapusbukan siapa-siapa ...
aku ajarin naik sepeda jengky dulu kaleeek hehehe
(itu gambar monyet2an nya gimana carana?)