Mantra Ajaib Pewujud Segala Keinginan
Tadi, aku hampir menubruk kakek bungkuk bertongkat. Di perempatan Jalan Kaliurang dekat UGM. Ia tersungkur, meloncat sebelumnya, dan menggigil ketakutan. Aku, bolehlah kalian mencemoohku atas kecerobohanku, masuk got dengan sayap sepeda motorku ringsek menabrak pos polisi.
Tentu mudah ditebak, aku kena damprat dua polisi. Mereka memarahiku habis meluncurk
an
nasihat nasihat bernada kasar. Aku membela diri jika si kakek tak
terlihat oleh mataku. Tiba tiba ada di depanku. Pak polisi makin kalap.
Tapi, selembar uang merah membungkam mulut mereka.
Kuhampiri si kakek yang sekarang telah tenang. Jongkok aku sambil mengelus tangan si kakek. Ia mengatakan tak apa apa dan beranggapan ini musibah. Dalam permohonan maafku, ingin aku mengajaknya ke dokter. Ia menolak sambil berusaha berdiri dalam tumpuan tongkatnya.
Ia merogoh sesuatu dalam dadanya.
'Ini, gunakan sebijak mungkin!' Si kakek mengulurkan sebuah buku.
Kuterima. Warnanya emas, menarik perhatianku. Kuelus sampulnya, teksturnya terasa di telapak tanganku meski kasar.
'Terima ka ...,'
Di mana si kakek itu? Ia menghilang! Cepat sekali?! Siapa dia?
Pertanyaan pertanyaan menyerbu otakku untuk segera mendapat jawaban. Ingin kutanya dua polisi tadi, ah ... bangsat, ternyata mereka sedang bertransaksi dengan pelanggar lalu lintas. Akhirnya kuyakini jika si kakek tadi ialah malaikat. Atau, orang misterius yang baik hati.
Kutuntun sepeda motorku dengan lutut perih. Tangan kiriku memegang buku pemberian si kakek. Oh, bergetar getar dan seperti ingin terbang! Aku sempoyongan mengendalikannya, bergegas menstandarkan motor.
'Ada apa ini?!' seruku.
Ia berhenti berontak setelah kuberada di bawah pohon rindang. Ternyata buku ini tak suka panas. Bersandar di batang pohon, kubuka buku ini.
Mantra Pewujud Segala Keinginan
Halaman awal menyebut.
Kuhampiri si kakek yang sekarang telah tenang. Jongkok aku sambil mengelus tangan si kakek. Ia mengatakan tak apa apa dan beranggapan ini musibah. Dalam permohonan maafku, ingin aku mengajaknya ke dokter. Ia menolak sambil berusaha berdiri dalam tumpuan tongkatnya.
Ia merogoh sesuatu dalam dadanya.
'Ini, gunakan sebijak mungkin!' Si kakek mengulurkan sebuah buku.
Kuterima. Warnanya emas, menarik perhatianku. Kuelus sampulnya, teksturnya terasa di telapak tanganku meski kasar.
'Terima ka ...,'
Di mana si kakek itu? Ia menghilang! Cepat sekali?! Siapa dia?
Pertanyaan pertanyaan menyerbu otakku untuk segera mendapat jawaban. Ingin kutanya dua polisi tadi, ah ... bangsat, ternyata mereka sedang bertransaksi dengan pelanggar lalu lintas. Akhirnya kuyakini jika si kakek tadi ialah malaikat. Atau, orang misterius yang baik hati.
Kutuntun sepeda motorku dengan lutut perih. Tangan kiriku memegang buku pemberian si kakek. Oh, bergetar getar dan seperti ingin terbang! Aku sempoyongan mengendalikannya, bergegas menstandarkan motor.
'Ada apa ini?!' seruku.
Ia berhenti berontak setelah kuberada di bawah pohon rindang. Ternyata buku ini tak suka panas. Bersandar di batang pohon, kubuka buku ini.
Mantra Pewujud Segala Keinginan
Halaman awal menyebut.
Sumber gambar: primbondonit.blogspot.com
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus