Header Ads

Atas Nama Kebanggaan Suku, Dia Menulis ... (Bangsa Pendendamkah Kita?)

Atas nama suku, aku membela panji daerahku. Atas nama cinta, aku menghamba kepadanya. Sumpah serapahku kepada para penentangku, idealismeku adalah yang terunggul di jagad ini. Semua harus tunduk dan bertekuk lutut di mukaku. Aku ingin semua orang menjadi pengikutku, tanpa terkecuali, semua harus patuh.

            Mengapa seorang penulis mengambil tindakan seperti itu? Aku sungguh tak mengerti, ternyata masih banyak penulis yang menjalani standar ganda dalam kehidupan. Mengobarkan semangat kesukuan yang saat ini sudah tak dibutuhkan lagi. Suku hanyalah anugerah Tuhan yang berupa kulit saja, masih banyak yang layak dipertontonkan selainnya. Asal bukan pencibiran terhadap darah suku lain.

            Begitu pun cinta, makanan empuk bagi para sastrawan yang ingin merengkuhi dunia. Bergelimang harta, menuai puja puji menyilaukan, menerima kalungan medali di panggung kehormatan. Penulis menjadi motor penggerak bangsa, rentetan berita di televisi dan media semakin mengukuhkan kematangan dirinya sebagai penulis. Sekolah gratis adalah pertanda yang dihasilkan penulis tersebut. Atas nama cinta, penulis menjadi hambanya.

            Bangsa ini adalah bangsa pendendam. Aliran darah setiap insannya berisikan trombosit bernama rasa permusuhan. Gen-gen penyusunnya telah pekat oleh kecemburuan yang tak pernah putus. Didukung sepenuhnya oleh para penulis penganut kebanggan suku yang lekat dan rasa cinta yang hambar. Penulis sebagai penggerak dan penyulut api kebangsaan menjadi tumpul. Oleh uang yang memesona.

            Dunia memang kadang tidak adil. Tapi, mengapa urat kehidupannya diperkeruh dengan hal-hal sepele bernama cinta dan suku. Cinta suku diperkenankan, tapi layakkah rasa berlebihan dituliskan dalam sebuah buku? Dipajang di toko-toko buku? Menanamkan kebencian bagi sesama.

            Gajah Mada Musuhku, sebuah judul yang tidak berdasar. Menabur kebencian di tanah Nusantara. Semoga kita tidak tersulut olehnya.

 

            Sebuah gambaran adil, jika bangsa ini adalah bangsa pendendam.

Tidak ada komentar