Header Ads

PROSESI NYETIR PERDANA


Dari nama kursus menyetir murah meriah "Bunga Driving Course", saya menaruh harapan setinggi langit; dapat guru kursus yang cantik, kasih penjelasan enak dan empuk, dalam satu hari saya lancar mengemudikan mobil. Sssttt, jangan bilang ke siapa siapa kalau baru kali ini saya tergerak belajar menyetir. Ada ada alasan saya enggan menggerakkan hati untuk menyetir: naik sepeda lebih sehat, mengatasi kemacetan, dan banyak hal lain yang meluncur dari mulut saya.

Ini karena tuntutan profesi yang membikin saya harus merombak pemikiran. Sekarang, sang bos menuntut saya untuk bermobilisasi tinggi. Ambil semen, harus cepat karena para mandor sudah menunggu untuk mengecor beton. Beli sepatu dan helm pengaman biar para tukang terjamin keselamatan mereka, saya terpaksa meminta jasa satu tukang saya untuk menemani saya. Dan, tibalah waktu satu tukang andalan saya libur. Saya kelabakan dan pekerjaan saya tidak mulus. Timbul ide untuk mendaftar kursus menyetir.

'Alamak .... saya dapat guru begini!' seru saya melihat seorang perempuan separuh baya berbodi besar yang tidak sesuai dengan bayangan saya. Ia berjalan menghampiri mobil kursus.

'Selamat siang, Pak Danie. Saya Rosa, siap membantu Anda hingga lancar menyetir, mulus dan gesit di jalan raya, dan mengerem dengan lembut tanpa membuat siapa saja di dalam mobil muntah.'

Angin mengembus dari luar mobil masuk ke hidung saya. Alamak .... bau balsam! Rosa guru menyetir mobil saya pakai parfum yang luar biasa sedap. Merusak konsentrasi saya sih tidak karena ibu saya mengaku berkat jasa balsamlah beliau berhasil melahirkan saya tanpa operasi caesar.

'Kenapa?' Bu Rosa menatap saya tajam hingga saya tertunduk malu lebih tepatnya terhipnotis dengannya. 'Ikuti saya, atau Anda tidak bisa menyetir selamanya?!'

Lemas sekujur badan saya. Mendadak Bu Rosa di samping saya menjelma drakula wanita yang siap menggigit leher dan menyedot darah saya dengan ekspresi nikmat tak keruan. Saya tidak pengin berita kegagalan menyetir saya menyebar ke seluruh kantor. Tak ingin uang kursus lima ratus ribu rupiah lenyap, saya takluk oleh Bu Rosa!

***

Selasa pagi yang cerah. Hari libur Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW yang memberkahi seluruh alam semesta. Udara di tanah lapang di sudut Kota Tangerang sejuk mendukung prosesi belajar menyetir perdana saya. Muda mudi, tua muda, tumplek di sini, ada yang berlari lari, bersenda gurau saling membagi keceriaan. Semua tampak senang termasuk saya yang satu jam lagi mahir menyetir mobil.

'Pelajaran pertama,' seru Bu Rosa tegas. Saya mendengarkan instruksinya dengan hikmat. 'Setelah lancar di tanah lapang ini, kita nanti langsung ke jalan besar yang di situlah simbol kehidupan.'

"Wah, wah, si guru nyetir saya tampaknya seorang filsuf." bisik saya dalam hati. "Baiklah, keren keren!"

'Di jalan, banyak sekali kejutan. Ada pesepeda motor tak taat aturan, penodong dan pemerkosa, tukang polisi mata duitan. Semuanya!'

'Ngeri dong, Bu ....' jawab saya.

'Tidak usah takut! Semua hadapi dengan senyum, Benar, senyum!'

'Siap, Bu!'

***

'Ada beberapa komponen yang ada di dunia persetiran: setir, kopling, rem, dan gas. Itu empat komponen utama. Ada yang lain seperti lampu reting, wiver, spion, dan lain lain. Sini pindah tempat! Saya ajari dulu ....'

Bu Rosa memberi petunjuk bagaimana kali pertama menyetir. Ia mengibaratkan setir ialah diri si pengemudi. Kita adalah pengendali hidup, mau mobil berjalan mulus atau nubruk tergantung niat awal kita. Kopling, gas, dan rem adalah tiga hal yang harus kita kombinasikan agar laju mobil lancar. Bu Rosa memberi contoh bagaimana menyetir, saya mencermatinya.

Dalam satu putaran di tanah lapang ini, saya sudah tahu bagaimana teknik dasar menyetir. Pun saya mendapat giliran untuk mengemudikan mobil. Dan hati saya membuncah bersemangat menyetir.

'Kalau ada bahaya seperti mau nubruk, bayangkan rem itu wajah bos Anda, Pak Danie!' Bu Rosa membuat lelucon dan saya tersenyum karena konsentrasi.

'Lalu apa pengandaian wiver, Bu?' tanya saya.

Bu Rosa terdiam sejenak dan berkata: 'Wiver, ya? Ia bagaikan penjernih pandangan bagi seorang janda seperti saya.'

Saya terkaget dan menengok ke kiri ke wajah Bu Rosa yang merona merah.




Tidak ada komentar