Header Ads

PALOPO SANG KUDA KESAYANGAN



Tertarik dengan berita kuda kuda kesayangan capres Prabowo, saya bertanya pada drh. Gultom, karib saya yang berprofesi sebagai dokter hewan yang popularitasnya biasa saja dan tidak mengilap karirnya. Awalnya, saya mau bertanya pada kawan saya seorang psikiater, namun saya urungkan karena biaya konsultasinya selangit. Secara saya penganut hidup sederhana, saya alihkan ke Gultom yang tak menarik sepeserpun.

Seperti biasa, saya mengenakan baju yang biasa dan tidak glamor. Tidak mungkin saya memakai baju laiknya Presiden Sukarno dengan memirip miripkannya, kostum berlengan panjang warna putih dan memakai peci hitam. Itu berlebihan dan seperti tidak punya karakter. Sederhana saja, kaos dan celana jins hitam, menurut saya sudah spesial. Paling penting: kesopanan telah jadi milik saya.

Pun saya mengendarai sepeda motor milik ibu saya yang berbaik hati memberikannya pada saya. Ibu memilih memakai sepeda ontel beralasan lebih nyaman. Menuju ruang praktik drh. Gultom tidak mungkin saya naik helikopter pribadi. Itu gaya orang borjuis sombong tidak layak saya contoh.

***

Akhirnya tepat jam praktik usai, saya sampai di tempat kerja si Gultom yang menyambut saya dengan antusias yang nyaris menubruk saya. Maklum, kami sudah tidak berjumpa selama sepuluh tahun, padahal jarak rumah kami sekilo. Ya kesibukanlah jadi kambing hitam enggannya kami bertemu.

Obrolan kami buka dengan memori waktu kuliah saat kami kena setrap dosen tua akibat berisik di belakang kelas. Juga kami saling menanyakan apakah masih ada utang si antara kami. Masalah asrama pula sengit kami bicarakan. Pokoknya, Gultom ramai dan menyenangkan.

'Gultom, saya mau tanya nih!' seru saya.

'Ah .... Aku sudah kenal kau lama, Dan!' kata Gultom dalam dialek Bataknya yang tak berubah meskipun kaya sudah menempeli seluruh tubuhnya. 'Pertanyaanmu selalu ngaco ....'

'Nggak!' jawab saya. 'It's serious. Really ciyus!'

'Apa?' Gultom bertanya.

Saya menanyakan apakah ada kemiripan si tuan dengan piaraannya. Gultom menjawab seringnya si empunya hewan bercengkerama akan saling menukarkan sifat.

'Berarti Prabowo bersifat kuda? Bekerja keras, kenyal dagingnya, dan kuat menarik dokar berkilo kilo?' sambung saya.

'Kan mulai aneh ....' kata Gultom sembari mencelos. 'Jangan jangan Prabowo tipemu ya, Dan? Secara dia duda?

'Aku demen kudanya. Terutama si Palopo!'

'Siapa itu?'

Gultom belum tahu jika Palopo kuda kesayangan Prabowo yang harganya milyaran. Sampai anaknya Didit kalah. Palopo merupakan primadona Prabowo dari puluhan kuda bermilyar rupiah. Pun kami berdua jadi bertanya tanya kenapa dengan Palopo.

'Palopo jantan atau betina?' tanya Gultom.

'Dari namanya sih laki. Kalau cewek kan Palupi.' jawab saya.

'Kalau Prabowo jadi presiden, Palopo lah yang dirundung sakit hati!'

'Kenapa?'

Gultom yang ahli hewan menjawab tegas: 'Karena cinta bosnya dibagi ke dua ratus lebih rakyat Indonesia!'

Dan obrolan kami terus berlangsung sampai sekarang. Masih membahas si Palopo yang kami prediksi mati bunuh diri karena tuannya nanti akan sering jalan jalan ke luar negeri dan melupakannya.

Tidak ada komentar