Header Ads

Seberapa Efektif film 'Garuda di Dadaku' membangkitkan Nasionalisme Anak Bangsa?

Antara nasionalisme dan sponsor sabun keluarga Lifebuoy. Bukankah film adalah media netral, meskipun kita tahu membuat film tidak mudah? Salah satu jalan memang menggandeng pihak berkapital. Tapi, adakah cara lain yang lebih elegan? Membuat film, mengumpulkan dana lewat acara amal, atau yang lain. Asal jangan Lifebuoy yang sudah menggurita. Dimanakah logika nasionalisme yang pro rakyat? Sabun bermerek asli dalam negeri memang kurang bagus secara kualitas. Tapi mereka juga layak diangkat.

Dalam nasionalisme, ada hal praktis juga mendalam. Praktis mencari pendukung dana memang langkah cepat meluncurkan semua yang ingin kita nyatakan. Lancar promosi dan entah. Tapi, setelah film GDD berakhir dan masyarakat jenuh karena ada tontonan yang lebih baru dan segar, mau diajak kemana semangat nasionalisme yang terpantik? Mendalam apakah yang harus dilakukan?

Butuh kerja keras dan tekad baja. Film hanyalah jembatan. Mengarahkan masyarakat ke tengah bentang. Selanjutnya memberi kesempatan penonton untuk terjun ke sungai, atau menuju ke daratan seberang. Sineas 50% bertanggungjawab dalam hal ini.

Mencita film anak negeri yang mandiri.

2 komentar:

  1. Mosok arep njaluk duit soko sabun colek Wing's.. Emang kuat mbiayain bikin pilem... Mbayar karyawan aja empot2an je...
    Benar, film hanyalah jembatan... Jadi, apapun itu hasilnya perlu dikerjakan lebih dulu jgn pesimis melulu...
    Setidaknya, pilem ini bakal menambah semangat anak bangsa dlm mengembangkan skill bermain bolanya...
    Anda akan merasakan hal seperti itu, kalo Anda pernah kecil dgn dunia sepakbola kampung seperti saya... Skill dan candu aroma bola serta lapangan rumput sangat membumbungkan hasrat...

    BalasHapus
  2. Aku pesimis to? Ya wis, SEMANGAT!

    BalasHapus