Header Ads

WAWANCARA yang NA'UZUBILLAH


Jimmy berjongkok mengelap sepatunya dengan tisu agar kembali kinclong. Ia bangkit membenahi lipatan baju ke celananya, membenarkan posisi dasi merahnya, memastikan kancing ujung lengan panjangnya, dan menyisir kembali rambutnya yang licin seperti oleh jelantah bekas menggoreng tahu atau mendoan yang ke lima. Aura kepercayaan diri seorang Jimmy menguar bersama wangi parfum aroma Jenifer Lopez yang dijajakan di depan masjid lepas shalat Jumat. Jimmy melangkah mantap masuk ke perusahaan minyak multinasional di Jakarta.

'Pasti berhasil!' seru lirih Jimmy sambil meninju udara. 'Penampilanku, sempurna. Bahan obrolan sudah aku cermati trik meluluhkan dewan HRD lewat internet. Tidak boleh begitu, harus begini, bla bla bla. Dijamin tokcer strategiku!'

Seorang ibu berkerudung menerima Jimmy sebagai tamu yang sebentar lagi jadi karyawan di sini. Bayangan Jimmy rada meleset kenapa resepsionisnya tidak gadis berbusana seksi dalam gerai rambut wangi dan wajah memesonanya. Kelibat itu Jimmy singkirkan dan terus memacu dirinya untuk fokus dan yakin segera menduduki satu kursi di perusahaan bergengsi yang jadi incaran jutaan pemuda pemudi Nusantara.

'Silakan bapak tunggu, ya! Nanti ada panggilan.' ucap ibu resepsionis ramah.

***

Tiba saat yang Jimmy tunggu tunggu. Tepat pukul sembilan pagi, nama "Temon" dipanggil untuk masuk ke ruang HRD.

'Bapak Temon, ST. silakan masuk!' ucap si ibu resepsionis kembali dalam kesopanan yang tak mengada ada.

'Terima kasih, Bu.' balas Jimmy.

'WYATB ea ....'

'Apa itu, Bu?'

Jimmy model lelaki tidak gaul karena tidak terbiasa memakai bahasa jalanan. Di pikirannya, EYD lah yang ia yakini kebenaran dan mampu mengarahkannya masuk surga.

'WYATB itu, "Wis Yen Arep Tes Berdoalah"!' jelas si ibu.
'Oh, saya kira kode togel!' Jimmy berkata sembari menyeringai.

Perang pun dimulai yang mempertaruhkan kredibilitas Jimmy sebagai lulusan terbaik juga idola semua gadis juga janda.

***

'Astaghfirullah ....'

Jimmy berteriak nyaris copot jantungnya melihat sesosok perempuan anggun di meja wawancara. Dua lututnya beradu, matanya melotot, dan mulutnya menganga.

'Kau ALISA .... Kenapa bisa di sini?' Jimmy berkata tak percaya.

Alisa pacar Jimmy yang ke 45 dan paling cepat durasinya yaitu tiga hari. Waktu itu Lintang, panggilan sayang Alisa dari Jimmy, bertubuh gembrot, berjerawat, dengan rambut apak. Alasan Jimmy menembak gadis itu karena pengin menunjukkan jika ia bukan lelaki rasis yang cuma suka pada wanita cantik. Ia membangun imaji jika ia juga bisa jalan sama gadis tak berproporsi tubuh yang mantap.

Pun Jimmy memutus Lintang dengan cara yang tidak dewasa. Ia bilang jika orang tuanya tidak menyutujui karena tak ingin punya cucu hibrid antara manusia dan gorila. Ini amat melecehkan diri Lintang sampai hatinya berkeping keping. Pernah Lintang akan bunuh diri menenggak pil KB dua puluh butir, tapi tidak mempan dan terlanjur pula diketahui orangtuanya.

'Masih ingat saya, HAH?!' ucap Alisa sembari menaikkan kakinya ke meja. Ia menatap keras lelaki di hadapannya. 'Saya diet habis, aerobik, panco, Muay Thai, dan perawatan tubuh total hanya satu tujuan saya: Bertemu lelaki kadal bernama Temon dan memberi pelajaran!'

'Kau HR ....'

'STOP?!' sambar Alisa. 'Sembarangan Anda pakai "kau" pada saya yang kepala HRD di sini?'

'Maafkan saya, Lintang ....'

'Lintang? Nama cabul apa itu? Saya, Alisa Nugraheni. Status beranak dua, suami pengusaha sempak dan cawat. Ekspor pula!'

Keringat dingin sejagung jagung deras mengalir di wajah Jimmy. Ia seakan mati kutu karena ia telah berkata di Facebook dan Twitter jika sebentar lagi ia jadi karyawan perusahaan minyak. Hancur reputasinya jika Alisa sang pacar kilatnya tak meluluskannya.

'Anda duduk. Silakan!' Alisa memerintah.

Jimmy bergerak pelan dan hati hati agar rudal emosi tak terus meluncur padanya.
'Kau saya terima!' Alisa berucap.

Sontak Jimmy semakin tak percaya dan dilanda kebingungan tingkat PBB.

'Kok bisa, Bu? Saya sudah pernah melukai hati Anda.' kata Jimmy merasa bersalah.

Alisa tertawa dan menurunkan kakinya kembali wajar.

'Saya bukan manusia pendendam. Tingkah polahmu selama ini menurut saya suatu bentuk penutupan akan kekurangan Anda. Saya belajar banyak dari ilmu kejiwaan. Dan saya dari dulu tak menyangkal potensi Anda luber ke mana mana. Sudah saatnya Anda tidak bereksperimen dalam segala lini kehidupan Anda. Fokuslah dan tekuni. Saya akan meneropong ketat kemajuan Anda di sini. Sebagai sahabat Anda!'

Tak dinyana, Alisa yang Jimmy sangka akan membantainya berubah pandangan meluluskannya dengan amat mudah. Dalam dirinya bergemuruh perasaan yang bercampur aduk yang cepat Jimmy putuskan jika dirinya harus berubah lebih baik.

'Siap, Bu Alisa.' Jimmy menyodorkan tangannya untuk Alisa menjabatnya.

'Anda saya terima tanpa tes panjang. Syukuri dengan kerja keras!'

Jimmy menerima pekerjaan dalam sukacita dan berjanji merombak segalanya pada dirinya. Takdir segera diukir oleh Jimmy baru alias Temon, ST.

Tidak ada komentar