Header Ads

GOLPUT Bukan HAK juga KEWAJIBAN


Lantas apa musti kita menyebut para pemilih golput? Siluman yang menyamar sebagai seorang ratu dengan gemerincing perhiasan di leher, pergelangan tangan, dan telinganya? Atau mereka para malaikat yang menyebar berita gaib kebaikan buat teman dan keluarga? 

Golput tidak bisa dikatakan hak karena itu mencerminkan sikap egosi. Tak pula golput didefinisikan sebagai kewajiban karena dengan melakukannya malah kita menjerumuskan diri bersama sama ke jurang keputusasaan. Golput, saya mengatakan jika ia sebuah anekdot atau lelucon yang kadar gelitiknya tergantung masing masing orang pendengar, pemirsa, dan pencecapnya.

ASAL MUASAL GOLPUT

Saya memburu bagaimana bisa kata"golput" menyebar ke seantero negeri dan dipilih oleh sebagian masyarakat saat hajatan pemilu semakin dekat. Kamus, kliping, internet, merupakan sarana yang saya percaya membantu menguak tabir misteri kegolputan ini.

Ada beberapa teori yang berkembang saat itu:

A. Golput ialah golongan berkostum putih laiknya pocong atau sundelbolong. Mereka bergentayangan di malam hari sebelum hari H pencomblosan, yang sekarang pencontrengan, menebar aura mistik dan kegundahan luar biasa yang ujungnya masyarakat takut lalu memilih si Fulan.

Teori ini masuk akal!

B. Semaput adalah kata keduanya. Pingsan dalam bahasa Jawa. Namun semaput yang ini juga kependekan dari Semangat Putus Asa. Semangat dan putus asa dua hal bertentangan. Ini seolah mengatakan atau tepatnya menantang kita memilih di antaranya. Manusia tidak berhak ada di area abu abu. Pilih semangat saja atau putus asa yang berujung maut!

C. Teori ketiga sangat mengesankan saya. Karena putih disebutkan warna netral yang menuntut kita memberi warna apapun yang diyakini membentuk harmonisasi dalam hidup. Kita musti kreatif mengembangkan ide ide bagaimana aneka warna tergambar di kanvas putih. Jika tidak punya kepekaan terhadap seni yang tinggi, warna warna itu malah berhasil sesuatu yang antiproduktif.

D. Megol, Putus!
Ini sangat mengasyikkan. Spekulasi berkembang jika golput berasal dari sepasang muda mudi yang tengah marahan. Si perempuan selingkuh, lelakinya emosi tingkat Kahyangan.
'Sekali kau megol lagi, putus! Tak peduli janin di perutmu!'
Memang ini berarti mereka kumpul kebo. Maukah Anda menganut spekulasi ini?

Nah, memamerkan pilihan golput di media sosial adalah tindakan keji karena mempromosikannya tanpa argumen yang tepat. Biar Anda tak dikatakan manusia golput tak cakap, sila memilih satu teori di atas! Bravo ....

Tidak ada komentar