Header Ads

PREMAN MATI ROMANTIS

Sejam lalu saya mengenal Poltak dan sekarang menerima kabar ia mati. Masih saya ingat pertemuan dengannya di sebuah taman ketika ia duduk seorang diri dan saya menghampirinya. Tatap wajahnya sumringah meski badan dan lengannya penuh tato bergambar Donald Bebek. Awalnya saya ragu mendekatinya namun saya penasaran kenapa ia memilih tokoh kartun itu. 

'Selamat sore, Bang!' sapa saya.
'Horas bah!' serunya. 'Selamat sore, Adinda Jawaku!'

Jantung saya melompat seolah tak percaya dengan tebakan seorang preman berbadan tegap, ototnya ke mana mana, dan ciri khas Bataknya dengan rupa yang sangar dan dagu tegasnya. Saya membatin mengapa bisa ia memanggil saya dengan "adinda" seakan diri saya adalah adiknya yang hilang kesetrum dan terpanggang namun tetap hidup.

'Abang kok tahu saya Jawa?' tanya saya sembari duduk di sampingnya.

Awan menggelap dan angin berembus kencang. Iklim tahu jika Batak dan Jawa bertemu akan menimbulkan kekacauan alam raya. Keras dan lembut membaur dalam suasana elok di senja ini. Orang orang di taman tengah mengolah tubuh mereka, menarik narik badan supaya jantung memompa darah dengan normal.

'Karena aku tahu orang Jawa jalannya menunduk! Kalian takut jatuh kalau jalan!' seru Bang Poltak sambil tertawa yang ternyata ia punya pembantu seorang Jawa yang loyal pada bapak emaknya namun mati karena sakit ayan.

'Ah, abang bisa saja!' balas saya.

'Sedang apa di sini?'

'Ngamen! Tapi cuma modal tepuk tangan sama suara saja, Bang! Itupun fals. Nggak kaya orang Batak yang jago nyanyi ....'

***

Obrolan kami berlangsung seru sampai menggosip tentang dunia politik. Bang Poltak menerangkan dirinya akan golput di pemilu mendatang. Alasannya tidak umum dan membuat saya geleng geleng kepala.

'Hanya ada satu presiden di hatiku. Emakku! SBY memang mirip wajah emakku. Tapi sayang, Emakku lebih tangguh ketimbang dia! Kecewa aku jadinya.' terangnya.

Saya bertanya, 'Golput abang nanti pas pemilu legislatif atau presiden?'

Bola mata Bang Poltak memutar mutar. Ia menggaruk garuk dadanya yang besar laksana payudara Pamela Anderson.

'Legislatif sih pasti golput!' serunya. 'Kalau presiden, aku pikir pikir dulu!'

'Sok penting kau, Bang!'

'Ya aku penting! Kau penting, semua orang penting lah ....'

Saya tak ingin menyulut permusuhan di awal pertemuan ini. Pun saya membiarkan Bang Poltak meneruskan ceramahnya.

'Jokowi terlalu kurus. Prabowo, tak punya istri dan saya jadi curiga. Wiranto, dia berpasangan sama pemilik RCTI yang mengindikasikan ia pengin jadi Indonesian Idol tahun depan. Semua calon tidak jelas!'

'Oh begitu ....' kata saya.

HP Bang Poltak mendering dengan lagu Kereta Malam milik Haji Rhoma.

'Itu Bang Haji, Bang!' saya keceplosan.

'Ah, dia istrinya banyak .... Nanti menterinya diwajibkan poligami!' Bang Poltak ngakak. 'Eh, maaf ya ....'

***

Waktu menerima telepon, ia berdiri sembari berbicara dengan seorang cewek terdengar dari suaranya. Abang Batak di depan saya tetiba ambruk membuat saya panik. Orang orang di taman merubung kami dan membawa Bang Poltak ke rumah sakit. Sayang nyawanya tak tertolong. Selidik punya selidik, Bang Poltak kena serangan jantung saat tahu kucing Siam kesayangannya terlindas mobil di depan rumah.

Damailah di sana, Bang Poltak!

Mari merapat di www.rumahdanie.blogspot.com

Tidak ada komentar