Header Ads

Musim Hujan: Antara Burung Piaraan, Baju Tak Kering, dan Mama Bawel

    Musim hujan datang. Awan gelap menggantung ingin runtuh. Jemuranku banyak, sebagian besar celana dalam. Burung piaraanku masih kugantung bersama sangkarnya di pohon depan rumah. Aku bingung mana yang harus kulakukan. Menyelesaikan novelku yang tinggal satu ketukan lagi, mengambil jemuran agar aku bisa kembali menyandang celana dalam, atau menyelamatkan burungku dari badai. Tiga pilihan, sungguh sulit untuk memutuskan.  
    Ibu berteriak-teriak meminta aku memperbaiki genteng. Ada satu genteng nakal yang merosot, tak lagi berada di tempatnya. Tepat di atas wajan ibuku yang berisi minyak goreng panas. Ibu kelabakan, air panas di ceret sudah bersiul-siul, titik-titik air hujan membuat minyak goreng meledak-ledak. Belum lagi dua ayam yang salah masuk kandang, saking paniknya merasakan alam dan ingin segera beristirahat.  
    Dilema, tidak hanya hati. Aku sekarang harus memutuskan keputusan awal. Susah mengambilnya. Kata orang bijak, awalan memang sulit tapi selanjutnya mudah. Ah, masa bodoh. Aku akhirnya memutuskan untuk berdiam diri. Semua hanya mimpi.  
    

Tidak ada komentar