Header Ads

Di Parkir Senayan: Menunggu Perempuan Bermulut Bohong

Cerita ini berawal dari ini. Menulis itu, jarak antaraku. Entakan musik di kotak-kotak hitam pengeras suara. Microphone menyaringkan suara perempuan muda berambut pirang. Banyak insan duduk, sisanya berdiri. Kesabaran, tidak, penonton di muka, di bawah panggung, berteriak penuh murka. Acara yang kering, tak enerjik, konsep yang lemah. Hanya kicau burung tertekan lehernya.
    Lampu sorot panggung belum berfungsi. Menanti bintang utama. Mungkin saja sedang berhias muka. Masih beberapa menit, detik, jam. Tepuk tangan menggelora merayakan kemenangan sang juara. Satu lelaki jelek muka dilempar sekompok temannya. Dengan tatap takut namun gembira.
   Keliling gedung, apartemen mirip rumah susun. Awan gelap belum ingin hujan. Matahari mengintip dari bilik tenda penjaja mainan bergengsi, motor modifikasi.
   Mana artis penghibur kami?
   Kami sudah tak sabar berdiri. Duduk dengan risiko pantat celana kotor oleh debu.
   Di sebuah taman berkumpulnya manusia pengingin hiburan,

Tidak ada komentar