Header Ads

Pencarian Kos (1)

Minggu, 4/3/2007

Karena mendapat rezeki runtuhan berupa TV –ditempatkan di kamarku, aku habiskan malam dengan menonton televisi. Sampai tengah malam. Maklum saja aku sudah lama sekali tak menikmati acara sesuai dengan kebutuhan batinku. Musik. Sebenarnya aku sadar sepenuhnya jika keadaan ini menimbulkan kecemburuan yang meletup-letup bagi mereka. Dianggap kamar eksklusif lah, anak kesayangan lah....”Ah, aku tak peduli, jualan bibir kan mudah”, begitu kilahku. Sungguh hatiku tak bergeming sedikitpun, toh...aku sebentar lagi akan pindah –cerita ini dibahas di topik lain.

Pagi harinya aku bangun sekitar pukul setengah enam, segera aku mengambil air wudlu untuk menunaikan kewajiban sholat fajar. Berkali-kali hamparan kasur yang terbentang di depanku menarik perhatian, menawarkan buaian mimpi pagi nan bertalu-talu. Setelah sholat yang tak begitu khusyuk itu, akupun menerima pinangan lautan kapuk. Akupun terlelap kembali.

Kali ini kita masuk alam mimpi...
Aku duduk menikmati makanan kecil di ruang tamu, sambil membaca sebuah buku horor berjudul “Bercinta dalam lumpur”. Buku itu aku dapatkan ketika aku melawat di sebuah pameran buku di Jogja. Seperti biasa aku lebih tertarik mencari buku-buku murah, kuharap tak murahan, karena disesuaikan dengan dompet yang turun beratnya. Tipis. Awalnya aku curiga apakah buku ini menawarkan cerita atau semacam trik pemuas nafsu berahi saat bercinta. Ya, macam Kamasutra dari India atau Serat Centhini khas Jawa. Bukunya tipis dan sangat kusam berdebu. Aku lalu bertanya, “Wow, bercinta di lumpur, berarti ini pengarang berasal dari Sidoarjo!”, pertanyaan kedua adalah, “Pasti ini cerita asli yang diinspirasi saat mereka bercinta di dalam lumpur panas. So hottttt...!, pikirku ngelantur.

Buruan aku menanyakan kepada si penunggu stand pameran, “Pak, ini buku harganya berapa?”, tanyaku halus. Kebetulan aku baru sedikit terganggu emosiku, mendengar logat Bapak yang agak kasar membuatku naik darah –tak tahunya dia orang Batak. “Bah, itu buku bagus banget, dik. Dulu saat aku kecil, cerita itu banyak mendapat penghargaan. Harganya 25 ribu saza”, jawabnya sok pandai. “Kalau 5 ribu saja boleh ga, Bang ?”, aku ganti sebutan buatnya agar diluluskan pintaku. Dia menjawab, “Mana boleh bah, celana dalam saza 10 ribu satu potong!”, terasa masih kasar dialeknya. “Di pasar sana 10 ribu dapat 3 potong, Bang. Ya dah 7500, boleh ya saya ambil, nggak ya udah”, jawabku rada ketus. Akhirnya buku itu diberikan kepadaku. Cihuy....

Penasaranku menjadi-jadi saat membaca buku ini, seperti pengantin muda pengin bercinta saja. Kubuka pelan-pelan, takzim dan sedikit bergairah....tiba-tiba....terdengar suara “krompyangggg....” di dekatku persis. Walah, ternyata kucing tetangga –namanya Manis- menyenggol gelas berisi air di meja belajarku. Sekujur celanaku basah kuyup….Jadi bangun deh dari alam mimpi...

Gerakan refleks aku melihat celanaku, untung ga ikutan basah. Ga perlu mandi subuh, kan dingin airnya..hehehehehe

Kembali ke alam nyata
Uppss…aku bangun siang jam 8.30. Kukocok kedua mataku dengan pelan, sambil dinikmati, ternyata penuh dengan tahi mata berwarna hijau. Mungkin bobotnya sudah 1 kilogram, fikirku akan kujual ke Shinse Tionghoa sebagai obat alternative baru. Percakapannya kira-kira begini:

+  “Koh, butuh tahi mata gak koh?”
-  “Haiya, owe jual blobok mata buat apa, itu balang najis, haiya?”, dengan logat khas negeri    kuning
+ “Wah jangan ngece dong, fikiran Engkoh aja yang jelek. Ni barang setara dengan liur
    burung wallet, koh” , rajukku
-  “Haiya, lu itu ngomong kayak olang stless aja. Minggat sono, owe ndak butuh balanglu!”
+ “Ga mau ya sudah”, sambil ku melengos.

Kok jadi ngelantur cerita ini. Hehehehe. Obat stress gene!
Waduh...aku ada janji sama Budi, teman kos lamaku, untuk mencari kos buat pesanggrahanku selama menanti pekerjaan baru. Jujur untuk berangkat melangkahkan kaki pagi ini sangaattt berat. Aku juga tak tahu setan bertanduk mana yang menggelayutiku hingga hatiku goyah. Kayak apa aja. Sempat rencana pencarian kos aku geser ke lain hari, tapi tak mau hal ini menjadi sebuah insiden berdarah yang terbiasa, aku pun mengambil langkah mantap.

Mandi diiringi suara seksi layaknya Giant di serial ana-anak Doraemon, tapi sering tak lolos audisi menjadi tolakan kepergianku. Kukenakan baju seadanya tanpa embel-embel pewangi badan, minyak rambut ataupun bedak –mana tahan kalau ini. Alasan kumenurunkan kelakuan ini dikarenakan tekadku memulai hidup tak boros. Sungguh berat ketika memulai “kemiskinan” kembali di saat kekayaan telah nyaman digenggam. Justru inilah nikmat Tuhan yang diujikan agar aku tahu hidup itu fkuktuatif.

Bunyi telepon genggamku menderu-deru menunjukkan ada SMS masuk. Dari Budi. Bunyinya, “Jadi ga cari kaos? Ramayana lagi diskon gede-gedean”. Lhooo.....Bukannya semalam aku mengirim pesan dengan kalimat “Bud, besok aku minta tolong ditemani cari kos”. Jelas sekali terpampang kata KOS. Berulang kali aku baca ulang pesan semalam di HP-ku di menu => message => sent => budi kos. Tetap sama, masih ada huruf a-nya. Kesimpulanku Budi mengalami kegagalan dalam bidang Sastra Inggris, tipe soal Grammar...hehehehe

Aku berangkat sebenarnya ingin naik bus, kebetulan dalam perjalanan ke jalan depan gang terlihat motor nganggur sasaran untuk dipinjam. Iseng aku Tanya pada sang house boy (hb), “Mas, mbok aku diantar sampai terminal Jombor!”, seruku. Dia mengangguk tanda mau. Kulanjutkan rajukanku, “Kalau sampai kos temanku mau ngga mas? Ntar aku isi bensin satu liter”. Pelajaran macam mana pula ini?, hingga aku memanfaatkan teman separah ini. Maka meluncurlah kami ke kos lama –bersambung-









12 komentar:

  1. meloncat-loncat tapi seru juga. mana sambungannya?

    BalasHapus
  2. oh ya?? Emang sih gaya nulis baru nyari mas....tapi terus berkreasi kok...hehehehe...thanks banget ya.
    Sambungannya segera diluncurkan..Biar ga meloncat di Swikee aja kali ya...Mau ikut makan?

    BalasHapus
  3. Swikee dong...itu lho Sop Katak hijau, maskot daerahku Purwodadi-Grobogan, Mas Benny....Uppsss, tapi haram, jangan ding!

    BalasHapus
  4. jadi kos di mana sekarang? Emang kalo nyari kos tuh susah susah gampang. Aku aja udah males nyari kos lagi. males mindahin barang, dan takut kos baru gak senyaman kos sekarang :-P

    BalasHapus
  5. Bro, aku dah upload foto nih. Biar kamu tau rupaku dan kupikir kamu pasti bakal bilang aku mirip mamaku :-P Tapi rambutku udah panjang sekaraaang :-D

    BalasHapus
  6. uhk-uhk ...
    batuk nihy nungguin postingan berikutnya ... ga ada mulu sambungannya.

    BalasHapus
  7. surya senja: Wah Batal batal, Dhan...rencana resignku ditolak, disuruh ampai April, ya wis kos aku batalkan...padhal dah dapat. Sik aku klik dulu, apakah benar persis mamamu. Oiya, aku belum telpon mamamu yen ga jadi resign...I'll call her...

    Mas Benny: Sik mas, aku belum nulis cerita selanjutnya. Sebenarnya dah ada di buku harianku, cuma belum diketik. Maklum aku kan belum total kerja di penulisan. OK. sabarrrrrrr...heheeheh

    BalasHapus
  8. Mau banget, tapi aku lagi pusing ngurus komputer adikku..di format berkali2 gagal...maklum komputer bahuela...emang ada lowongan mas, serius nihhhh

    BalasHapus
  9. Gak papa batal, Bro! sapa tau ada berkah di balik itu :-P btw, sejak sukses masuk blogspot jadi rajin comment nih ;)) belum pernah aku mendapat comment bertubi-tubi di tiap upload-an... heehehehe... makasi makasi.

    hayo gek ndang lanjutane... pencarian kos. Gek ndang ditulis batal gitu.

    BalasHapus
  10. Hehehehe...aku suka tulisanmu yang perjalanan2 gitu...kalau yang dicampur2 ama ilmiah masih belum ngangkat. Trus cerpenmu masih garing, yang RATMI itu melelahkan....hehehehe...praktik terus kali ya...Semangat ayo kita!

    BalasHapus