Header Ads

CPNS DOSEN 2014 (Bagian 11): Penginapan Horor



Tubuh saya melonjak ketika sampai di depan penginapan pilihan pak sopir batak yang sudah meluncur meninggalkan saya. Catnya, kalau Anda bersama saya, mengelupas di sana sini dan nuansanya suram. Tanaman yang biasanya mempercantik sebuah hotel tumbuh menjulang tak terurus. Lampunya kaya warung doyong alias remang remang yang bikin darah berdesir. Jantung saya berdegup kencang, bola mata memutar tak keruan, dan bulu tangan-kaki-bagian tubuh tersembunyi saya berdiri kaya kena setrum.

Mau mundur untuk cari hotel yang lebih baik, enggan karena saya menganggap hotel kelas minus berapa itu menarik saya buka. Siapa tahu nanti bisa berkenalan dengan suster ngesot, sundel bolong, atau lelembut lain. Tes CPNS itu akan berasa lengkap dengan kehadiran mereka. Saya akan melobi mereka untuk menghancurkan konsentrasi peserta lain, mengganggu sampai tak mampu mengklik mouse laptop, berujung saya lolos seorang diri.

Seorang lelaki paruh baya tampak duduk di depan kamar yang bertulis RESEPSIONIS. Ia menunduk lunglai dalam bajunya yang kusut menjuntai sampai lantai yang berserakan sampah. Janggutnya sepanjang pemimpin ISIS yang kejam. Oke, saya dekati dia dan bertanya apakah ada kamar kosong.

'Kamar banyak. Mau pilih mana terserah. Besar kecil harganya sama sembilan puluh sembilan ribu sembilan ratus sembilan puluh sembilan rupiah!' kata si bapak.

WOW, murah sekali ....

Sebagai patriot, saya tak bertanya apakah kamar mandinya bersih, airnya lancar, atau bocor kalau hujan datang. Biar saja, toh para pejuang kemerdekaan dulu bisa saja minum air comberan ketika Belanda sudah mengepung pertahanan kita. Paling penting besok pagi sudah check out.

'Nang, sudah dapat hotel?' tanya ibu di SMS.

'Sudah, Bu.' jawab saya berbohong sambil saya cekikan. 'Bagus hotelnya bintang sepuluh!'

'Bintang tujuh saja, Nang. Kaya puyer sakit kepala.'

'Tenang, Bu. Saya belajar dulu buku buku CPNS, ya.'

Kamar nomor 13 yang saya pilih. Berjalan di belakang si bapak resepsionis, saya berada di depan kamar. Ketika saya masuk, ajaib .... tak seperti yang saya pikir. Kamarnya bersih luar biasa. Ranjangnya bersprei putih bersih. Baunya harum. Tak lupa mengucap terima kasih pada si bapak, saya membanting badan saya ke ranjang yang empuk. Saatnya istirahat untuk besok bertempur jam tiga sore.

Tidak ada komentar