Header Ads

CPNS DOSEN 2014 (Bagian 10): Bermalam di Mushola SPBU


Pak satpam kantor pusbangtendik atau Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan menngatakan jika hotel di sekitar situ jarang. Ada, tetapi letaknya jauh. Saya bertanya kira kira berapa kilo dan rupiah untuk ke sana. Tidak ada jawaban pasti dari pak satpam. Hanya kalimat: 'Mas ke daerah dekat UIN saja. Tujuh kilo. Banyak di sana!', sembari ia mengarahkan tangannya ke sebelah kiri dari diri pak satpam.

'Terima kasih, Pak.' kata saya.

Angkot masih berseliweran di depan kantor pusbangtendik. Aman berarti. Nanti tinggal tanya pak sopir di mana hotel terdekat, pikir saya. Beberapa orang yang kemungkinan besar calon peserta ujian CPNS tengah menyurvei tempak juga tampak baru ke luar. Udara Depok mulai menyergap tubuh saya yang kurus kering waktu itu yang berbeda jauh dengan sekarang usai menikah yang mengalami penggelembungan di sana sini.

Azan isya sudah berkumandang.Perut saya keroncongan menginginkan sesuatu yang bisa menghangatkannya. Soto ayam sepertinya asyik untuk menentramkan perut, memproduksi hebat keringat, badan segar dan otak tidak tegang. Berjalan sekira empat ratus koma lima puluh lima meter, saya menemukan sebuah perempatan yang cukup ramai dengan toko dan warung. Waktunya ishoma; istirahat, sholat, dan makan terus mandi.

Ada warung makan soto di situ. Kebetulan sekali, baru saja memikirkan soto ayam, Alloh memberi rezeki itu. Benar, kalau niat baik akan selalu mendapat kemudahan. Saya menyapa penjualnya, yang ternyata orang Jawa Timur, dan duduk memesan soto juga teh manis panas. Cek hape, ibu me-miskol dan bertanya posisi saya. Jawabnya nanti saja.

'Bapak asli mana?' tanya saya membuka percakapan mumpung belum banyak pembeli.

'Banyuwangi, Mas. Istri orang sini.' jawabnya.

Si bapak itu bercerita jika ia mengembara sedari kecil mulai masuk ke Jakarta bersama pamannya. Perih, jatuh bangun dirinya di kota besar telah ia rasai dan sampai sekarang baik baik saja. Hidupnya sekarang lumayan enak setelah melampaui berbagai rintangan. Alhamdulillah, perut saya kenyang, nurani saya memperoleh masukan dari si bapak penjual soto.

'Terima kasih loh, Pak. Atas ceritanya.' kata saya sembari mengulurkan uang.

'Sukses mas usahanya.' sapa balik si bapak. Isterinya tersenyum pada saya.


***


Badan rasanya gerah banget. Keringat mengucur di seluruh badan, debu melekat manja di wajah, setelah tiga jam dalam perjalanan yang mengasyikkan karena saya tertidur di angkot tanpa menikmati panorama sepanjang jalan.Walhasil, SPBU alias pom bensin yang menarik minat saya untuk mendekatinya. Mandi akan segar sekali, nih!

Pula ada Indomaret di sana. Kurang apalagi coba; perut kenyang, salat jamak segera saya lakukan, kalau butuh camilan ada Indomaret siap sedia, lalu istirahat ... wah bisa tidur di mushola SPBU ini, jerit saya. Pikir saya waktu itu, toh pagi tinggal beberapa jam lagi kenapa harus buka hotel. Sayang uang sebesar tiga ratus ribu hanya untuk tidur bermalas malasan di hotel. Iya, saya menginap saja di hotel mushola SPBU. Murah meriah, Bro!

Waktunya mandi. Tas saya yang bak perlengkapan perang Suriah saya titipkan sama mas penjaga toilet SPBU. Gebyar gebyur sembari bersenandung lirih, saya tuntas menyegarkan badan dengan harum semerbak sekarang menggeser keringat bau pesing.

'A, saya boleh nginap di mushola ini?' tanya saya.

Si Aa penjaga toilet meneliti saya seperti men-scan alias memindai saya dari ujung kepala ke kaki. Ia mengangguk dalam ekspresi datar. Terima kasih, ucap saya. Tak lupa saya memberi uang mandi padanya lebih dari harga tertera biar Aa itu tidak marah sama saya. Modal lima ribu, saya bisa tidur di mushola SPBU. Uhuy!

Telepon menyalak. Dari ibu yang menanyakan kabar saya. Ia terus terang khawatir keadaan saya karena tekanan untuk lulus CPNS itu sangat besar. Tak ingin ibu mendapati informasi di koran 'Ditemukan peserta tes CPNS Dosen mati bersimbah darah di jalan A di Depok Sawangan'.

'Gimana, Le? Kamu tidur di mana?' tanya ibu.

'Mushola SPBU dekat tempat tes, Bu.' jawab saya ceria. 'Enak di sini, Bu. Bersih musholanya, dekat sama warung makan sama indomaret!'

'Le, tas kamu isinya apa?'

'Pakaian, perlengkapan mandi dan kosmetika, terus laptop.'

Ibu mendeham dari ujung telepon dan memberi ucapan gaib jika lebih baik modal tiga ratus ribu ketimbang barang bawaan raib. Ingat, Depok sudah termasuk kota metropolitan. Iya kalau barang bawaan yang dicuri, kalau diperkosa bagaimana? Saya tidak perawan lagi kan repot!

'Cari penginapan. Uang bisa kita cari. Keselamatan paling penting. Biar besok bisa tes dengan badanmu segar!' ibu memerintah.

'Sendhika dhawuh, Bu. Baik laksanakan, Bu.' kata saya tanpa berkomentar.


***

Saya melambaikan tangan menyetop angkot.

'UIN, Bang?' tanya saya di dekat pintu depan angkot.

'Ya.' jawab si abang angkot yang dari dialeknya jelas ia orang Batak.

Pun saya masuk angkot dan bertanya adakah hotel di dekat situ. Si abang menjawab dengan ramah dan menjelaskan ada penginapan murah meriah. Ia akan mengarahkan saya ke hotel itu. Selamat ....

***

Tidak ada komentar