Header Ads

MENUJU DEBAT

Jelang pukul delapan, keadaan menegang. Ibaratnya, inilah waktu bisul meletus melelehkan nanah. Bukan perkara seberapa lantang berorasinya Prabowo si Ksatria Berkuda atau antengnya Jokowi sang Raja Blusukan menjawab pertanyaan dari para penalis. Sekarang, waktu yang tepat menilai kematangan para pendukung dua capres yang berlaga. 

'Jokowi akan mati kutu, Dan!' sembur Rosan di depan saya di ruang tamu kos. 'Dia akan terkencing kencing menerima serangan bertubi tubi dari seorang jenderal bernama P.R.A.B.O.W.O. Prabowo Subianto!'

Saya tahu jika Rosan penggemar berat Prabowo. Ia terus terusan mencoba meruntuhkan keyakinan saya agar berpindah pilihan ke sosok Prabowo. Tapi, tidak mungkin kan kalau persahabatan kami yang sudah lima belas tahun tiga bulan lima hari porak poranda karena beda capres. Pun saya mengambil sebatang rokok milik Rosan dan langsung mengunyah dan menelannya.

'Tenang,' saya menjawab dengan santun. 'Kita patut bersyukur punya Jokowi. Kalem, banyak kerja, dan yang penting bukan kuda yang kencing di panggung debat!'

Sangat tidak mungkin, dalam pemikiran saya, Jokowi keder di depan panelis dan pendukung kalap Prabowo yang saya yakin nanti banyak yang berjubah, berjanggut, dan meneriakkan "Allahu Akbar!". Jokowi telah mendapatkan pendidikan sarjana di Fakultas Kehutanan UGM. Berarti, ia sudah cakap menjinakkan kawanan singa, gajah, semua binatang. Jokowi punya trik rahasia yang kreatif untuk membuat melongo semuanya.

'Siapa pendukung paling berisik, itulah karakter pimpinannya!' sentil saya.

'Kami sangat elegan. Tidak membabi buta.' jawab Rosan.

'Kita tunggu saja. Tos dulu! Jangan ada dusta di antara kita. Kita saudara.'

Rosan mengadu telapak tangannya dengan punya saya. Kami bersepakat untuk tidak memberi komentar selama durasi debat. Baru, setelahnya kami membuat catatan di blog kami. Itu lebih jantan!

------
Merapat di www.rumahdanie.blogspot.com
-----

Tidak ada komentar