Header Ads

Setangkai Es Krim untuk Matahari


Kuceritakan pada kalian kalau Matahari di Jogja sekarang sedang gerah gerahnya. Panas sekali. Barang siapa yang bermotor, pasti kembali ke ruang kerjanya dan menyuluk: 'Edan, gila! Panas sekali ....' Mereka mengusap usap wajah, tangan, dan leher dengan tisu. Keringat meleleh di mana mana. 

Bagiku, panas tak begitu bermasalah. Karena aku sudah berdamai dengan Matahari. Ya, kuakui kami pernah bertengkar hebat. Bukan, bukan, akulah yang memulai permusuhan waktu itu. Lima belas tahun lalu. 

Lalu, kukisahkan saat aku masih SMP, bercelana pendek biru, dan bersepatu hitam merek Eagle dengan kaos kaki panjangnya yang nyaris menyentuh dengkul.

Waktu itu aku terserang tipus. Itu akibat makanku yang jorok, tidak memilih warung makan yang higienis di luar rumah. Asal caplok saja. Walhasil, demam panas dingin, mengigau hebat seolah berada di neraka yang terdingin dan terpanas, yang membuat ibuku kuatir.

'Nang, cepatlah kau sembuh! Kita jalan jalan di taman nanti ....' ucap ibuku sambil mengompres keningku. Aku sadar saat ibu mengatakan itu.

Benar, aku sembuh dan ibu mengajakku ke taman. Ibuku bercerita tentang almarhum ayah yang luar biasa. Ia seorang ayah yang tak pernah kutemui karena meninggal saat aku masih bayi. Ayah pelaut ulung yang bertanggungjawab, tak takut oleh badai, dan penyayang, begitu cerita ibu.

Dan, ibu tiba tiba kejang kejang di taman! Kala itu, orang orang mengerumuni ibu dan cepat cepat membawanya ke rumah sakit. Aku dibawa pula dan kutahu itulah perpisahanku dengan ibu.

Kusalahkan matahari! Di taman itu, panasnya sama dengan sekarang di Jogja. Matahari yang membunuh ibuku! Ibu memang pernah berkata kalau dia tidak suka panas matahari.

Lama aku mengadakan permusuhan dengan matahari. Setiap aku ke luar rumah, selalu kubungkus tubuhku rapat agar matahari tak secuilpun menyentuh kulitku. Berkacamata, bertopi, bersunblock, apapun kulakukan.

Tapi, kejadian tepat 13 Februari 2010 lah yang mengubah segalanya. Hingga aku berdamai dengan matahari. Dan ia sekarang menjadi sahabatku. Kali lain akan aku ceritakan kenapa aku bisa memaafkan matahari.

Yang pasti, aku sekarang membawa setangkai es krim buat Matahari. Tanda persahabatan kami. Di Jogja ini.

______________________________
Mengobrol teduhlah kita di www.rumahdanie.blogspot.com

Sumber gambar: thelittleloaf.wordpress.com

Tidak ada komentar