Akulah Geisha Modern
Jika benar cinta sudah tak berpihak kepadaku, haruskah kumenjual diri ini. Menyerahkan sepenuhnya kepada orang di balik tameng yang menutupi wajahnya. Kuterima sekian keping uang agar kudapat sedikit rasa yang menghilang dari jiwaku. Sebegitu kasarnya dunia hingga aku masuk ke dalam jurang kenistaan. Sungguh keparat, kalau itu memang terjadi.
Andai waktu masih panjang buatku, aku akan berjalan-jalan di taman safari. Memakai gaun terindah dan mata orang banyak kugeser ke arahku. Senyum paling memesona kugulirkan agar semua takluk dalam buaian sementaraku. Ini adalah pelajaran pertama bukan yang terakhir yang berujung di ranjang bergoyang.
Wajah penuh derita ini kutumpuk dengan bedak tebal. Gincu merah menawan juga tak kalah menyemarakkan. Hati dan jiwaku. Mengapa aku mengagungkan jiwa? Bukankah profesiku akan berujung dengan lenguhan yang tak putus dalam hitungan menit. Geisha, impianku saat melihat seorang pemuda gagah memikat hatiku. Oh, aku terlalu melankolis dan mengagungkan keindahan jiwa dan hati. Hidup di antara mimpi-mimpi.
Aku dijual, diserahkan kepada orang yang memekerjakan diriku. Mencuci, membersihkan segala kekotoran di dalam rumah, juga di luar rumah. Tanpa bisa melihat kehidupan yang mereka sebut asing. Sudah lepas semua keindahan pantai bersama ayah dan bunda. Mereka berdua ternyata iblis, menjualku. Utang, tubuhku dinilai serupa uang. Sungguh kejam dan tak bisa kumaafkan.
Aiko. Kakakku sudah lepas dari pandanganku. Aku tumbuh dewasa dan setapak demi setapak kuraih kemegahan ini. Geisha. Bukan, aku bukan pelacur. Aku seorang seniman yang menyuguhkan keindahan di depan para tamu yang butuh kesenangan. Hanya satu orang yang berhak menikmati keperawananku, aku berharap pemuda yang dulu kulihat.
Geisha tidur membayangkan masa depannya.
Andai waktu masih panjang buatku, aku akan berjalan-jalan di taman safari. Memakai gaun terindah dan mata orang banyak kugeser ke arahku. Senyum paling memesona kugulirkan agar semua takluk dalam buaian sementaraku. Ini adalah pelajaran pertama bukan yang terakhir yang berujung di ranjang bergoyang.
Wajah penuh derita ini kutumpuk dengan bedak tebal. Gincu merah menawan juga tak kalah menyemarakkan. Hati dan jiwaku. Mengapa aku mengagungkan jiwa? Bukankah profesiku akan berujung dengan lenguhan yang tak putus dalam hitungan menit. Geisha, impianku saat melihat seorang pemuda gagah memikat hatiku. Oh, aku terlalu melankolis dan mengagungkan keindahan jiwa dan hati. Hidup di antara mimpi-mimpi.
Aku dijual, diserahkan kepada orang yang memekerjakan diriku. Mencuci, membersihkan segala kekotoran di dalam rumah, juga di luar rumah. Tanpa bisa melihat kehidupan yang mereka sebut asing. Sudah lepas semua keindahan pantai bersama ayah dan bunda. Mereka berdua ternyata iblis, menjualku. Utang, tubuhku dinilai serupa uang. Sungguh kejam dan tak bisa kumaafkan.
Aiko. Kakakku sudah lepas dari pandanganku. Aku tumbuh dewasa dan setapak demi setapak kuraih kemegahan ini. Geisha. Bukan, aku bukan pelacur. Aku seorang seniman yang menyuguhkan keindahan di depan para tamu yang butuh kesenangan. Hanya satu orang yang berhak menikmati keperawananku, aku berharap pemuda yang dulu kulihat.
Geisha tidur membayangkan masa depannya.
BalasHapusSepertinya setiap insan hidup dengan sedikit banyak hakikat kesundalan dalam dirinya?
Aku termasuk salah satunya.
BalasHapusJujur, aku orang yang munafik. Tapi aku berusaha ke luar dari kemunafikan itu.
Doakan.
BalasHapusMaksudmu, kau ada niat buat nyundal??? Astaga, maafkan aku!!!
Bokirrrr, minta sate sepuluh tusukkk
BalasHapusitu maksudmu sundal?
BalasHapusIya. Dan setauku dia minta seratus, bukan sepuluh.
Gimana rencana kita buat "Perkumpulan penulis berhati sundal"?
BalasHapusjadi teu?
Bukankah sebaiknya "Komunitas Penulis Penikmat Sundal"? Enak gak sih? Gak tau.
BalasHapusPenikmat, maaf saya tidak setuju
BalasHapusitu subjek aktif
Berhati, lebih romantis dan saya rasa akan menetralisir situasi keuangan global sekarang ini.
Para pialang saham membutuhkan para penulis romantis.
Membuai mereka hingga nyenyak tidur.
Meninabobokan mereka
Dan bangun, terkejut kondisi ekonomi Rindunesia telah hancur. Akibat salah cetak.
Aku dah kaya mentri ekonomi belum?
BalasHapusBelum. Kau lebih mirip tukang jual pulsa di simpang kampusku. Sibuk menyemburkan kisah-kisah tentang roaming, pengisian pulsa, dan masa aktif.
Ada yang salah dengan cara penjualan pulsa di tanah air?
BalasHapusTidak, sepenuhnya tidak.
Tapi aku merasa aneh saja, saat sebuah operator memajang model para MONYET.
Alhamdulillah aku tidak memakai nomor ter, se, but.
BalasHapusAh, aku juga punya pengalaman traumatis dengan operator tersebut.... Mengerikan.
Ceritakan. Cepat!
BalasHapusAtau manusia lain akan mengalami hal serupa.
Gelontor abis. Lupa deh semua keluhan. Manajer seluler yang cerdas. Hingga menutup lubang kematian rapat2.
BalasHapusSsssstttt tidakkah kau tau bahwa dinding pun bisa menguping?!!! Keselamatan kita terancam!!! Sebaiknya kita membahas masalah ini di dalam Sumur Keramat di belakang Istana Negeri sahaja.
O pasti.
BalasHapusNjuk kalau dah di dalam sumur kita mau ngapain?
Bejo bejo
BalasHapusMaen Uno aja yuk.... Aku baru belajar maen Uno. Atau maen trup? Apapunlah asalkan patroli keamanan dalam negeri itu tak melindas gundhul kita.
Aku dah jadi Grand Master permainan itu
BalasHapusYang kumau adalah main lempar2an.
Lempar kasus .... atau kaus wakakaka
BalasHapusLempar saus aja yah??? Biniku ikan sarden dalam kaleng emas butuh banyak saus tomat agar tubuh indahnya mengkilap.
Aku rasa kau sudah kelewatan, Jendral!
BalasHapusMasa muka dilempar saus?
Siapa yang mau njilatin?
Aku rasa para mahasiswa universitas senayan, ya?
BalasHapusAh, pantas dan layak kiranya....
Tp mereka punya dukun.Mati kamu disantet.Hati2 berulah.
BalasHapus
BalasHapus.... Sudah saatnya kukerahkan balatentara peri untuk mengacau.
Mereka pakai tindik ga?
BalasHapusdi hidung atau di lidah?
atau di pusar?
BalasHapusMereka bertato, di tempat-tempat yang tak terbayangkanmu dan bahkan kau enggan menyebut namanya.
Aku bukannya ga mau sebut.
BalasHapusTapi aku memilih gaya elegan, romantis, dan menggelegar.
Masih kucari cara bagaimana menuliskannya. OK