Header Ads

Induk Ayam yang Menuntut Pertanggungjawabanku


Azan subuh itu selalu mengusik tidurku. Suara muazinnya yang tidak asyik, bikin gatal di telinga, selalu tak mampu mendorongku untuk bangkit dari kasur. Maklum, malam malamku sekarang kuisi dengan nongkrong bareng teman teman. Kami menggosip kelakuan bejat si Fulan, menyinyir si Katro yang tak punya hati, tentunya berbisik bisik gadis ini dan itu yang berrok mini ataupun tertutup rapat oleh hijab. Geng Kupu Kupu Malam, begitu kami menyebut, telah merenggut waktuku hingga sering bablas tidur tak peduli kewajiban shalat Subuh.

'Allahu akbar Allahu akbar ....' tutup si muazin.

Alih alih kuikuti ucapan si tua bangka tukang teriak di speaker masjid itu, malah kukuapkan mulutku dengan sangat kuat. Kutarik selimut berharap mimpiku di kelilingi tujuh bidadari bugil yang berputar putar di hadapanku kembali mengisap tubuh dan pikiranku.

'Sialan ... baru sebentar tidur sudah diganggu ....' keluhku. Mataku tetap melek dan aku gelisah tak ketulungan.

Aku duduk menegakkan punggung dan kuamati jam dinding menunjukkan pukul lima. Ke arah jendela, kulihat di luar belum terang. Matahari masih bobo, begitu kupikir. Kamarku, oh kamarku, kupindai ia sangat berantakan; baju, kolor, cawat, buku buku, piring dan gelas kotor, ambyar! Kuakui, aku tipe orang yang jorok.

'Hup!' aku melompat. Sekali lagi, tidak untuk ambil air wudu. Ke luar kamar dan kutuju ruang TV ku berada. Kunyalakan ia.

***

'Asu!' Kuumpat stasiun TV yang menyiarkan berita pemerkosaan, pembunuhan, pengedar narkoba yang kena garuk, sejumlah waria digebuk Satpol PP, dan banyak berita kekerasan lain.

Kupindah ke channel lain, 'Astaghfirullah!' seruku. Mama Dedeh sedang beraksi di hadapan ibu ibu pengajian. Jujur aku jadi malu dengan semangat mereka. Tapi sudahlah, kuanggap jalur hidup antara aku dan mereka berbeda. Alibiku saja.

'Ah, membosankan!' kumatikan TV. Sebetulnya pengin kumartil tapi ingat kalau itu televisi punya bapak di kampung. Bapak bela belain mengirim TV itu dari rumah naik bus. Bisa kualat kalau kupecahkan monitornya.

"Petok ... petok ...."

Suara aneh terdengar. Dari luar rumah. Ada suara suara kecil lain yang mengikutinya. Oh, suara AYAM!

'Jam segini sudah bertamu ke rumah orang?!' sosorku.

Anehnya, aku justru mendekati suara itu. Kumenuju pintu rumah, kusibak gordin, dan kulongokkan kepala mencari cari ayam itu.

'Wah, induk ayam sama dua anaknya!' kupelototkan mataku. Jidatku menempel kaca jendela yang tertutup. Kurasai dinginnya kaca.

***

Lalu aku tak ingin berbohong pada Anda jika aku punya kemampuan mendengar percakapan para binatang. Sesekali berbincang dengan mereka. Ini ketrampilan yang kuperoleh dari eyangku. Eyang kakungku menurunkan ilmunya padaku di Malam Jumat Pahing, saat aku umur sepuluh tahun, dan lima hari setelahnya eyang wafat.

'Le,' Eyang kakung memulai pembicaraan saat Bulan Purnama dan serigala serigala melolong keras. 'Ilmu "Bisik bisik Gaib" ini kuwariskan padamu. Gunakan dengan bijaksana. Jangan untuk melukai orang lain. Justru untuk kebaikan.'

Sudah banyak kejadian kualami. Berbincang dengan harimau tua yang curhat tentang hidupnya pernah. Berantem dengan ular kobra sering. Atau, ikut arisan dengan sekumpulan burung kuntul. Suka duka kudapatkan akibat ilmu "Bisik bisik Gaib".

Nah, di Subuh ini, aku sengaja tak membuka pintu dan mengajak berbincang induk ayam dan dua anaknya.  Staminaku sedang drop dan sedang malas malasnya.

"Ciap, ciap, ciap ...."

Dua anak ayam berkata. Jika kuterjemahkan seperti ini: 'Ini rumah Papa, Bunda?'

Tubuhku melonjak. Bagaimana bisa aku dianggap mereka sebagai ayah? Sejak kapan aku menubruk si induk dan menggaulinya? Ataukah kegemaranku mimpi sambil berjalan dan berujung tindak pemerkosaan terhadap seekor ayam betina?

"Betul, ini rumah papa kandung kalian!" ucap si induk.

Kukucek mataku puluhan kali. Kutampar pipiku kanan dan kiri. Aku tidak pernah berhubungan dengan binatang. Akrab sama mereka iya. Tapi kalau sampai punya anak dari mereka, tidaklah.

"Kita tunggu ayah kalian ke luar rumah, Nak!" kata si induk lagi. 'Dia baru mandi kayanya .... Kita nanti diajak Papa jalan jalan pas matahari terbit.'

"Betul, Ma?' teriak dua anaknya bareng.

Aduh .... Berabe nih! Serius, aku tak mampu berkata apa apa. Apa yang musti aku lakukan?

__________________________
Mengobrol teduhlah kita di www.rumahdanie.blogspot.com
Sumber gambar:  http://www.flickr.com/photos/haridiva/7361154198/

Tidak ada komentar