Header Ads

Pirates of the Caribbean: at World's End (Gore Verbinski, 2007)

Membaca film yang kualitasnya tidak dikhususkan mengikuti festival memang harus disiasati. Menonton film festival pasti memberi kesan tersendiri; kita diajak berkelana jauh menembus rasa standar menuju pemikiran baru, disuguhi kisah-kisah sensasi yang menguras otak, bahkan tenggelam dalam cerita mengharu biru. Film yang biasa, bisa diartikan sebagai film komersial belaka, akan menjadi tontonan menarik jika kita memberi sentuhan ajaib menurut versi kita sendiri.

Pirates of the Caribbean, at World’s End, adalah film yang tidak spesial di luar penilaian tentang artistik gambar dan efek animasinya. Dari segi kekuatan cerita, film ini sangat tidak kuat karena secara keseluruhan hanya menyodorkan bombastis perang yang seakan ingin membuat kejang orang berpenyakit jantung. Jika boleh membandingkan dengan kualitas 'Lord of the Rings', film ini serasa tenggelam dan menjadi film anak-anak yang cengeng. Selipan kata-kata mutiara juga kurang, hanya tertawa kecil dan setelah itu digiring kembali ke kisah yang sekadang membenturkan pedang antara Jack Sparrow dan musuh-musuhnya, juga gaya a la Tarzan ketika menggelantung terbang dari tali kapal satu ke kapal lain.

Agar menjadi tontonan menarik, ada baiknya pembaca film ini menontonnya dengan meloncat-loncat, secara acak dari keping satu ke tiga, lalu dua, atau yang lain. Rasa penasaran yang 'datar' dan biasa ditemui pada kisah seperti ini bisa kita jadikan gelombang dengan gaya membaca seperti ini. Kita akan dimasukkan kepada sebuah kondisi membingungkan, menuntut untuk memunguti kepingan informasinya, dan menggabungkannya menjadi cerita utuh. Tantangan harus dibuat sendiri oleh penonton.

Tidak ada komentar