Header Ads

Makhluk Pemakan Jahe & Runtuhnya Kejayaan Angkringan


'Stok jahe kosong! Bagaimana hidup kita?!' seru seorang pedagang angkringan pada koleganya.
'Orang orang Jakarta yang bikin semua ini!' si ibu bertubuh gembul meradang. Ia mengepalkan tangan dan meninju anak kecilnya yang ikut dengannya.

Para pedagang angkringan kalap. Mereka berkumpul di pendopo desa. Umpatan, jeritan, tangisan, juga tawa m


enyatu di sini. Jahe langka di pasaran.

'Kita kenapa juga? Jahe melimpah kita sia siakan. Sekarang tak ada, kita bergemuruh mencari kambing hitam!' ucap seorang lelaki bersurban. Ia mengelus janggutnya, merem melek membayangkan si Jeniffer calon istri keempatnya.

Semua diam. Mereka menunggu Pak Lurah hadir untuk memutuskan apakah mereka akan melurug ke Jakarta. Dalam pikiran mereka, tentu emosi tak terkontrol, penghuni gedung DPR berkonspirasi membuat para penjual angkringan panik, merusak konsentrasi, dengan target Jogja jadi geger.

'Mereka tak mau Jogja aman pascapenandatanganan RUU Keistimewaan!' Teriak si lelaki cebol yang saat menjual ia ancik ancik di kursi tinggi.
'Bukan, Bro! Ini karena anggota DPR punya piaraan makhluk pemakan jahe. Aku punya data valid.' Si jangkung berkata.

Mulut para penjual angkringan ternganga. Meskipun ucapan si jangkung terlampau fiksi, namun ada betulnya karena tiap malam ada suara aneh meraung raung dan seperti mengunyah sesuatu. Awalnya warga menyangka bunyi angin, tapi lama lama bikin tak nyaman. Si Jangkung lalu membeberkan data detektifnya ke teman temannya.

'Jahanam! Begitu ya kelakuan DPR! Ayo kita serbu! Tanpa Pak Lurah kita serang Jakarta!' Teriak lelaki bersurban tadi.
Takbir meledak.

____
Sumber gambar: kisahkuantik.blogspot.com

Tidak ada komentar