Header Ads

Les Choristes (Christophe Barratier, 2004)

Action - reaction!
Itulah potret pendidikan hampir di seluruh penjuru dunia. Jika seorang murid melakukan kesalahan, reaksi yang akan didapatkan. Pukulan dari seorang guru, cemoohan dari temannya, atau pun cibiran dari tetangga terdekat. Tak jarang orangtua murid juga ikut memperkeruh suasana dengan menyalahkan si anak. Pendidikan di tangan orang-orang berhati bebal, didukung lingkungan bengis, menjadikan si anak didik 'mengkeret'.

Film Prancis ini mengupas cerita di balik sekolah untuk anak-anak bermasalah. Puluhan anak-anak yang pernah mencopet, lari dari rumah orangtuanya, dan berbagai masalah lain, berkumpul di 'kawah candradimuka' bernama ______ . Mereka diasuh oleh segelintir guru saja, yang seakan terserang radang otak karena tak mampu mengatur anak-anak didik mereka.
Penyebabnya tak lain dan tak bukan, sistem pendidikan yang represif, action - reaction.

Keistimewaan film ini di antaranya menggabungkan tema sederhana tentang dunia pendidikan dengan iringan musik yang lembut. Tak bombastis seperti film-film Amerika Serikat memang. Justru inilah keistimewaan film Eropa, menawarkan sebuah pemikiran yang jauh dari kesan menggurui.

Simbol-simbol berupa gerakan tubuh para pemain juga serasa indah dan hanya bisa didapat jika penonton cermat. Akting yang ditunjukkan juga menawan, terutama si Pepinote kecil yang dengan lugu menjadi saksi bagaimana gurunya berjuang membentuk paduan suara. Bisa dibayangkan, puluhan anak nakal dididik bernyanyi. Seperti mengajari monyet-monyet untuk berdandan.

Kelemahan film ini terletak pada pembangunan konflik yang kurang dalam dan terkesan cuma ditunjukkan sekilas. Mungkin ini ciri film Eropa yang membiarkan penonton mengambil simpulan atas film yang dibacanya. Tapi serasa lebih adil jika dibandingkan dengan film Amerika Serikat.

Secara total, film ini menjadi tontonan wajib bagi seluruh guru di Rindunesia. Dan warga Rindunesia yang cinta pendidikan.

Tidak ada komentar