Header Ads

Capoeirista dan Serbuan Sekawanan Laron



Jam 6 tepat petugas arena olahraga menyalakan lampu. Itulah tanda latihan capoeira kami berakhir. Namun tetap saja kami menambah porsi latihan; jumpalitan, meroda, atau terserah mau mengulang apa yang tadi diajarkan sang guru.

'Laron laron serang kita!' seru Duta, si capoerista paling kecil.

Sejurus kami berginga dengan menekuk kaki depan dan menjulurkan

kaki sebelahnya ke belakang juga tangan kami siaga menangkis. Mata kami semua tertuju laron laron yang mengitari neon.

'Perhatikan,' ucap si guru dalam ginga mantapnya. 'Laron cari cahaya biar badan mereka tumbuh. Sama dengan kita di arena ini, kita mengolah badan biar besar mendukung cita cita kita.'

Suasana jadi serius menjurus tegang. Si guru berbalik posisi menatap kami para muridnya.

'Ayo kita serang dia! Kita matiin, kumpulkan, dan bikin peyek laron. Laksanakan!' serunya.

Aku melompat lompat mengejar laron yang paling besar. Ratusan yang lain tak menarik bagiku. Kupasang ancang ancang terkukuh dan HUP ... telapak tanganku berhasil menangkapnya.

'Guru, ini yang terbesar!' teriakku.
'Tunggu temanmu.' ucap si guru.

Teman temanku tampak buas menerjang laron laron hingga terkapar di matras. Mereka memunguti memasukkan dalam plastik.

PRIIIT ....

Peluit pengusiran punya penjaga arena sudah terdengar. Kami ke luar dan sang guru berkata:

'Terbangkan kembali laron laron itu! Biarkan mereka bebas bermain lagi di neon di dalam'

Untung kami tak membunuh mereka, batin kami.


___________

Sumber gambar: Dokumentasi Capoeira Senzala Jogjakarta

Tidak ada komentar