Header Ads

The Shadow Thief

Bayang bayang, sungguh sayang di siang yang tak terik. Redup, tak jelas, berbentuk pun tak layak dikata. Mentari tak berpihak, kepada tubuh, ia lebih suka bercakap dengan mendung. Untuk berkompromi menurunkan hujan. Dan menghapus bayang bayang.

Tubuh tubuh manusia cemas. Berselamat di emperan warung, tanpa payung dibawa dari rumah. Tak ada dalam pikir jika hujan deras akan menimpa. Memukul mukul kepala yang hanya bertahan dengan beberapa lembar kertas koran. Atau, para bujang kecil tengah menawarkan payung berharga seribu rupiah, nanti jika hujan memang turun. Ini belum. Bayang bayang samar masih ada.

Apakah lebih baik bayang bayang musnah sudah dari muka bumi?
Manusia berjalan tak diikuti bayangnya. Hingga ia bebas, lepas menentukan dirinya. Tak terkuntit oleh bayang bayang yang mengecewakan. Yang tak memiliki arti, hanya menempel sepanjang hayat.

Sekilas, guntur bertalu sekali. Cukup memekakkan, tapi mendadak: CERAH.

Dan bayang bayang muncul dengan jumawa. Bersama, mengiringi langkah langkah derap. Dengan peluh yang berjatuhan dari wajah wajah tua muda pria dan wanita.

Bayang bayang masih perlu. Sebagai pelengkap diri. Tanpanya, tak lengkaplah hidup.


Tidak ada komentar