Header Ads

A Black Cat in The Black Hole

Si hitam bermain benang. Menendang nendang, di lantai kotor penuh debu. Ia berguling guling, menganggap benang adalah musuhnya. Berkali kali, diulangnya, meyakinkan si benang lumpuh dan tak mengganggunya lagi. Untuk dimakan, atau dibuang. Tapi sayang. Itu benang kesayangan Eyang. Teman menyulam baju hangat untuk musim dingin.

Hitam sedikit belang. Kucing manis berkaki pincang. Telinga kanan sobek keserempet motor tetangga. Tapi itu tak membuat si Hitam kehilangan kelincahannya. Tetap saja ia percaya jika ialah kucing tercantik di komplek Dara Jingga. Di sanalah berkumpul ibu ibu yang bergunjing membandingkan kucing kucing piaraan mereka.

'Kumis kucingku panjang. Lembut.' ucap si ibu RT dengan postur tambun. Tertawa ngakak.
'Wah, beda lagi dengan kucingku Bu RT. Kucingku badannya gendut. Makannya terjamin.' satu ibu membalas.
Ibu RT merengut.
'Tapi kan makannya nasi. Gemuk ndak sehat.' ibu RT tak mau kalah.
'Bu RT. Ibu ibu. Aku punya kucing, Persia.' lontar ibu mungil berrias sangat tebal.
'Ah kuno. Sekarang yang tren bukan kucing Persia.' ibu dengan seragam PNS menambahi.
'Apa dong Bu?' seluruh ibu penasaran.
'Kucing hitam.'

Apa yang spesial dengan kucing hitam? Tidak ada. Kecuali dia suka bermain dengan benang milik eyang. Itu saja.



Tidak ada komentar