Header Ads

The Kite Festival in a Dream Peace Land

Lomba layang layang. Beradu ketinggian, memamerkan pesona layang layang asli daerah. Ada yang bergambar capung, badut, pesawat jet, atau yang utuh tanpa gambar. Semua tampak indah, menghias angkasa di sore hari di pantai ini. Laki perempuan, berbagai usia, tumpah bersama tertawa dan kerut dahi berhasrat memenangkan kompetisi.

Layang layang, mengulurlah benang hingga bermeter meter. Seorang bocah perempuan memainkan polong berwarna perak. Memainkan jari telunjuk, menggoyang goyang, meliukkan layang layang dengan buntutnya ke sana kemari. Kepalanya meneleng, dengan kaki yang meloncat loncat. Di temani sang Ayahanda di sebelahnya. Tanpa Ibunda karena tiket pesawat saat perlombaan berharga jutaan.

Oh, ia berasal dari negeri seberang. Dikenali karena rambutnya yang pirang dengan aksen Inggris terucap berkali kali. Sungguh perjalanan panjang. Merelakan untuk berlomba layang layang di negeri lain adalah petualangan tersendiri. Dan anehnya, si gadislah empunya layang layang tanpa gambar. Pasti ia tidak akan memenangkan lomba. Sepertinya itulah yang akan ia terima, tanpa mahkota yang dibawa pulang untuk dipamerkan ke teman temannya. Lalu, apa yang harus diceritakan kepada sebayanya di Inggris? Cemooh dan cela yang ia dapat. Tak dapat dibayangkan. Karena, dari berita di televisi, banyak kejadian mengerikan terjadi. Anak sekolah menembaki teman temannya. Atau menusuk di saat temannya melecehkan. Tapi, dari gerak tubuh si gadis pemain layang layang tanpa gambar, tak ada kesan ia  pembunuh cilik berdarah dingin. Sangat yakin, ia berhati baik.

Layang layang, di pantai dengan langit biru cerah. Keindahan yang tak terbayangkan. Melupakan siapa sang bakal jawara adalah sangat bijaksana. Karena seorang gadis Inggris dan ayahandanya adalah bukti nyata, jika tak berembel embel juga menyenangkan untuk dinikmati.

Meribut di www.andhysmarty.multiply.com

Tidak ada komentar