Header Ads

A Boy with the White Tatoo

Mengoleskan krim anti jamur. Ke sekujur tubuh yang tampak putih putih. Panu atau apa, aku tak tahu. Yang aku mengerti, itu semua membuat penampilanku menurun. Ingin berenang, tak berani menampakkan diri. Selalu berendam di kolam. Takut jika seluruh pengguna kolam mencibir, menatap dengan curiga, dan dendam untuk selanjutnya tak diberi pintu buat masuk. Hatiku hancur karena panu dan penyakit kulit ini.

Seminggu lebih aku berjuang untuk mengembalikan kemulusan dan kemolekan kulit. Berbagai cara aku lakukan. Mulai dari melumurkan racikan Jawa yang dijual bebas di pasar tradisional. Atau pada hari kedua, aku menuju dengan terburu buru apotek K-24, memohon diberi kaplet pembunuh fungi. Pengusir jamur dari tubuhku. Hari ketiga, aku biarkan. Tak ada kemajuan yang berarti. Aku kalap. Untuk hari selanjutnya, aku harus bersabar dengan mengoleskan krim. Sudahlah, aku tak mampu lagi berpikir. Dan jika benar benar ada yang protes kepadaku tentang penyakit kulit ini, aku berkomentar balik: 'Ini penyakit tropis. Sudah menjadi risiko hidup di Indonesia.'

Jika ditelusuri lebih dalam, penyakit kulit ini dikarenakan aku pernah tinggal di kos di dekat pabrik. Air bak mandi sangat keruh. Berwarna cokelat, rada kental, dan jika dibiarkan beberapa jam akan menjadi air yang sangat mengerikan. Dibuat mandi rasanya lengket. Dan tidak enak buat bergerak tubuh waktu itu. Tapi bagaimana lagi. Apakah aku harus memprotes pabrik pabrik yang membuat air tanah menjadi tercemar? Punya kekuatan super apa diriku ini? Tak mungkin mengubah keadaan dengan sekejap. Yang ada, hanya menerima. Meski pindah kos di luar lingkungan pabrik adalah pilihan yang paling bijak untuk menyelamatkan kulit. Tapi, itu berarti ongkos transportasi harus meroket. Dan menguras pundi pundi uang. Pilihan paling nyata: Kos dengan air kurang bersih.

Inilah akibatnya. Kulitku jadi rusak. Tidak indah berkilau lagi. Menyesal sih. Cuma bagaimana lagi. Sebaiknya aku tunggu untuk waktu yang tepat, apakah aku harus memeriksakan ke dokter kulit. Lalu, kalau disuruh operasi plastik bagaimana? Uang dari manakah gerangan? Ah persetan. Pantas saja, banyak ibu ibu dan remaja putri yang berlomba untuk mengencangkan, melenturkan, memutihkan kulit. Ternyata, bisnis kecantikan kulit merupakan usaha mendapatkan uang dengan amat spektakuler.



Tidak ada komentar