Header Ads

Being a Scientist

Heran. Bagaimana mereka berpikir sejauh itu. Melintas waktu, menjelajah masa. Kadar pemikiran mereka buat serasa tak dapat digapai. Masih saja digunakan dan tak lekang oleh zaman. Memang, bisa dibantah oleh satu atau dua teori, namun jejak yang mereka torehkan tetap diakui dan ditandai sebagai penemuan hebat.

Ilmuwan zaman dahulu.

Sekarang, di negeri kami, kata ilmuwan serasa seperti tahi telinga yang dengan asyik dikeluarkan oleh para tuli yang ingin menikmati sensasi secara instan. Sekilas saja.

Logika apa yang dipikir oleh para ilmuwan itu. Masih menjadi pertanyaan besar bagi saya. Sangat menantang, dan serasa saya terhipnotis untuk melakukan hal yang sama. Namun, dari mana saya harus memulai. Bahan apa yang musti disiapkan, perlakuan apa yang bisa didekati agar sedikit mengikuti jalan mereka.

Apakah, dengan berpikir bebas? Merekam segala yang ada di pikiran dalam bentuk tulisan. Lalu, notasi notasi matematika apa gunanya? Pasti ada logika bahasa yang bisa menjelaskan hal tersebut. Saya yakin, para ilmuwan bercerita tentang kehidupannya, melalui persamaan persamaan yang oleh banyak orang dianggap momok.

Saya tidak berpikiran seperti itu. Bahan yang mereka racik, sepertinya, mengasyikkan. Dan saya amat ingin mencoba menekuni. Untuk menjadi ilmuwan yang lihai memainkan angka, layaknya penulis yang lincah menekan keyboard, atau pianis yang memainkan perasaannya lewat sentuhan jari jari ajaibnya.

Entahlah, masih terus mencari, dan bertanya. Otak apa sebenarnya yang mereka punya? Para ilmuwan zaman dahulu.

 

 

 

Tidak ada komentar