Header Ads

Mama Vs Papa

Jika saya mengingat masa kecil, rasanya tak salah kalau saya membenci kedua orang tua saya. Saya dengan kekurangan yang saya miliki, karena mereka, ayah dan ibu, yang mempertontonkan dua perbedaaan yang membuat saya harus memilih, terpaksa harus bercerita tentang kisah hidup kecil saya yang teramat memilukan. Ayah dengan umpatan kasar, dan ibu yang juga tak mau mengalah. Semua berada di neraka ini, rumah yang sekarang ayah dan saya tempati.

Terpaksa saya memilih ayah, karena persidangan yang melelahkan.

13 tahun waktu itu umur saya. Dan saya belum tahu, apa persoalan yang ada pada kedua orang tua saya. Selalu saya dititipkan ke rumah Bibi. Kata Bibi, ayah dan ibu sedang menjalani persidangan. Tak jelas dulu, saya kecil, hanya tahu jika sidang adalah hukuman bagi para penjahat yang membunuh orang lain. Ibu dan ayah tidak jahat, tidak membunuh, tapi mengapa bisa disidang, begitu saya berpikir. Dan, saya mengerti, kalau sidang juga tempat memutuskan pernikahan. Ayah dan ibu saya bercerai, tak lagi menjadi suami dan istri, tak lagi menjadi ayah dan ibu saya dalam arti utuh. Saya mengetahui itu dari penjelasan bibi, setelah saya desak terus terusan tiap malam. Dan, saya beranggapan, saya tak punya ayah dan ibu lagi. Di dunia ini sendiri. Tanpa ada yang mengarahkan diri saya dalam jangka waktu yang sangat lama. Saya sedih mendengar kata itu. Cerai.

 

Sekarang saya sudah dewasa. Mengerti banyak hal tentang kehidupan. Ayah dan ibu sudah tiada. Saya belajar dari kejadian lalu.

 

(bersambung)

Tidak ada komentar