Header Ads

Negeri di Atas Awan

Gunung berhias unta, dan macan di lembahnya membuat hati saya miris. Andai saya berada di sana, pasti saya di telan mentah mentah oleh salah satunya. Tapi ketakutan itu surut, saat mengetahui unta tidak makan manusia. Yang makan manusia adalah singa. Bertaring, dengan surai panjang dan merah menyala. Singa, ketakutan saya melebihi binatang yang pernah saya temukan di dunia ini. 
Puja puji kepada Tuhan yang telah mencipta berbagai binatang dalam berbagai ras. Menuntut hewan hewan mengenal satu dengan lain, mengasihi, dan menepati janji untuk menjadi binatang terunggul. Saya mempelajari kehidupan mereka dengan takjub. Mengapa bisa, otak binatang mereka dengan sangat santun tak melibas nyawa manusia. Hanya dalam posisi tertekan saja, tak ada yang bisa menghalangi lagi mereka untuk mengoyak daging manusia. Saya berkhayal. Dan persentase itu hanya beberapa kecil. Tak seperti manusia terhadap binatang ataupun hewan. 

Sekarang, saya hapus nama unta dan singa. Saya mengganti mereka dengan pesawat terbang. 

Terbang mesin itu tanpa pernah tersangkut dahan dan ranting pepohonan. Hanya cuaca yang mampu mengalahkannya. Atau merpati. Sekali lagi, binatang menjadi kambing hitam, dan kambing pun turut dipersalahkan oleh manusia. Menghancurkan aset jutaan dolar, begitu cerocos ahli penerbangan. Lalu, seorang ahli nujum memajukan pemikirannya, jika ia telah mengatakan dan tepat terawangannya tahun ini; ada satu atau dua ledakan pesawat besar. Aiya ya, aiya ya, mempersalahkan dan membenarkan seluruh tindakannya. Manusia begitulah kodratnya. Beruntunglah mereka yang memiliki bakat untuk melempar tanggungjawab, untuk tidur pulas karena tenang hidup. 

Satu satu pasti terbuka, dan satu satu pula tertutup karena banyak kasus menuntut untuk diberitakan. Negeri yang penuh dengan duka, juga ceria. Itulah negeri saya. 

Tidak ada komentar