Header Ads

Bajing Luncat

Bajing luncat tanpa ekor. Moncong panjang mengendus endus. Mencari makan di belantara hijau. Buah kelapa, kenari, atau roti yang tercecer dari perjalanan para pendaki. Buntutnya putus. Ditebas oleh seekor petani kacang. Yang merasa gerah, menyalahkan para bajing luncat.
   'Pasti ulang si bajing. Tak jauh memang dari namanya. Perilaku aneh.' umpat kasar si petani yang merugi jutaan rupiah. Rintisan usahanya terancam gulung tikar.
   'Sudahlah Pakne. Semua sudah digariskan oleh sang Dewa. Kita harus nrimo. Bukankah kita sudah berusaha maksimal Pakne?' bujuk sang istri.
   'Bukan begitu Bune. Kejadian ini sudah berulang ulang. Tahun lalu kita beruntung. Masih ada beberapa hektar tanaman kita yang selamat. Sekarang sudah tak bisa diterima'
   'Mulai dari nol lagi kita Pakne. Bune siap prihatin lagi.'
   'Tapi harus kita cari tahu akar persoalan ini. Seaka-akarnya.'
   'Di rumah saja Pakne. Ndak enak di sini. Didengar orang malu.'
  
   Bajing luncat menari nari. Menikmati jarahan yang ia kumpulkan siang dan malam. Kesempatan sempit dimanfaatkan dengan amat canggih. Para petani merugi semua. Karena ulah bajing luncat yang cerdik. Blas, blas, blas. Amblas. Tidak hanya para tikus saja yang beraksi sempurna. BAJING LUNCAT.

  

6 komentar: