Header Ads

Ketika PNS Bertasbih

Semua mengejar kenyamanan. Dan itu adalah ia. Yang menjadi jaminan di hari tua, bisa bermalas malasan sembari menimang cucu cucu tersayang. Mengapa ada beberapa yang tak ingin menjadi seperti itu? Pasti mereka orang orang yang aneh. Bukankah hidup itu untuk bersenang senang? Sudah cukup menderita, sudah cukup berkeringat mencari gelar kesarjanaan, sudah cukup. Tak tahu, tak tahu, tak tahu. Lagi dan lagi, tak ingin menjadi seperti itu.
   'Ndak daftar?'
   'Ndak.'
   'Napa?'
   'Ga tahu.'
   'Lo kok ga tahu?'
   'Ya ga tahu.'
   'Umurmu sudah hampir habis. Segeralah kirim. Biar aman, nyaman.'
   'Jadi? Saya kamu suruh menyerahkan sisa hidup untuk kenyamanan itu? Oh Tuhan.'
   'Maksudku, sudahlah ... kau terlalu ego. Adikmu menangis di belakangmu, minta uang saku. Kau tak lihatkah?'
   'Melihat apa harus dengan seperti yang kau sarankan?'
   'Pastinya begitu. Ah kau. Sudah berlagak lolos saja. Kutawarkan, kau terkesan sudah pasti masuk. Belum tes kau.'
   'Jujur hati nurani saya menolak.'
   'Yang kau tolak apa? Uang kau tolak kalau begitu.'
   'Ah susah menjelaskan saya.'
   'Kau sih, terlalu menonjolkan perasaanmu. Ikut arus lah. Sedikit tidak banyak.'
   'Saya tidak tahu.'
   'Yang kau tahu hanya hati. Titik.'
   Dan tak bisa menjelaskan adalah harga mati. Pembicaraan putus.

5 komentar:


  1. Hanya saja tak semua orang dapat menerima argumen Para Penentang. Mengenaskan.

    BalasHapus
  2. Dan Tuhan akan menunjukkan tempat yang layak. Amin :)))

    BalasHapus
  3. masalahnya, kenyamanan dan keamanan terlanjur dilabelkan pada PNS seorang, sih...padahal aman dan nyaman itu subjektif.

    btw, tumben niy postingan 'rada' bener :p

    BalasHapus
  4. Rada bener gmana nop? Kmren2 gmana ha6?
    Ya biarlah para PNS mengutuk orang2 yg mengtuk mereka

    BalasHapus