Header Ads

Gempa hanya soal jerit

   Jangan salahkan lempeng untuk saat ini. Mereka sekadar tumpuk lapis per lapis tanah yang bergerak. Ia yang mencari bentuk. Memampatkan diri. Menangguhkan segala yang ia miliki. Tak peduli lagi apa apa yang berada di atasnya. Raja diraja, budak berbeban, abdi negeri yang berlenggang penuh wibawa, wirausahawan yang entah kapan utuh berdikari, apa saja.
  Ini melebih bom. Tak kalian sebut sebagai teror? Ini membunuh ribuan insan. Lalu, kau diam tak berani mengatakan PHSYCO. Oh, gempa tertimbun warta media. Bukan ia yag menimbun korban. Ini kesalahan dalam berpikir atau gejolak sesaat. Geragap membantu tanpa tindak ancang ancang. Tanpa membuat konsep penanggulangan bencana jangka panjang. Siapa peduli? Gempa hanya soal jerit, pekik teruntuk Tuhan. Mengasma Allah. Selebihnya, tidur dan menunggu beton beton menimpa tubuh kita.

9 komentar:


  1. Ya Allah, bukakanlah pintu rejeki hamba, banyakkanlah rejeki hamba, dan berkahilah rejeki hamba. Jangan larutkan hamba dalam kepengangguran tiada akhir, Ya Robb... Ndy, aminkan je... Tuh nasi berkatnya udah datang.

    BalasHapus

  2. Tiga kali amin. Mohon maaf nasinya hanya seporsi.

    BalasHapus