Header Ads

Mari Bermain Harga Minyak

Sang Bethara merengek memohon para pengusaha menurunkan harga. Setelah lambung harga bensin dan solar secara gemilang ditahan dan dilengserkan mengikuti tren pasar minyak dunia. Mengemis, menangis dan curhat jika 'Inilah hasil cemerlang Kabinet saya. Minyak bisa dinikmati kembali masyarakat.' begitu sang Bethara berujar di depan corong corong media.

Spontan ibu ibu yang tengah antre di depan rumah juragan minyak bersorak girang gumirang. Ditatap muka layu sepasang suami istri pemilik bisnik bensin, solar, dan minyak tanah. Suami suami pengendara mobil milik ibu ibu pengantre lega setengah mati. Selisih 1500 rupiah tiap liter bensin dapat ditabung untuk menyekolahkan anak. Bisa dibayangkan, gelar sarjana dalam 5 tahun ke depan mampu diraih dan menaikkan harkat.

Organda dan Gabungan Pengusaha gerah. Bingung mengalkulasi seberapa besar tarif bisa diturunkan tanpa membuat kerugian. Mengumpat lirih teruntuk Pemerintah yang plintat plintut menaik turunkan harga minyak. 'Apakah pemerintah mencontoh Mahkamah Konstitusi yang merevisi Undang undang Pemilu hingga para caleg satu partai saling sikut?'
Ya, bangsa ini adalah bangsa 'mungkin'. Mungkin jelas peraturannya, mungkin juga tidak. Revisi di mana mana, di bagian tubuh mana saja, ulah kesembronoan dan ketergesa gesaan memutuskan.

Minyak selalu asyik untuk dinikmati pergerakannya.
Sang Bethara, apakah Kau tak mengerti jika oposisimu pemain minyak? Bukan minyak dari kulit sapi hitam moncong putih. Tapi minyak betulan. Bukalah matamu, Bethara.

Tidak ada komentar