Header Ads

Anehnya 'To Kill a Mockingbird' versi Indonesia

Novel ini sempat aku bidik untuk menjadi acuan dalam menulis. Nama besar si penulis, Harper Lee, dan tema karya yang legendaris seperti harga mati dan tak patut ditinggalkan. To Kill a Mockingbird adalah fenomena, ditulis oleh ia yang hanya memercayakan satu satunya kisah sepanjang hayat Lee. Menjadi bacaan wajib bagi fakultas sastra Inggris di negeri asal bahasa Inggris, meski To Kill a Mockingbird mengisahkan kehidupan Amerika Serikat.

Awalnya berharap lebih dari novel yang format filmnya menjadi Drama Pengadilan terbaik versi American Film Institute. Ternyata setelah ditelusuri, ada teknik teknik menulis Lee yang hilang. Ada beberapa bagian indah tampak, namun kadang beberapa hal meredup. Kurang konstan dalam bertutur, dan untuk ukuran Lee dijamin hal ini tak mungkin terjadi di novel versi asli. Entah ini apakah akibat kurang konsentrasi saat membaca. Tapi separah parahnya meresapi, dan aku termasuk pembaca pelan, tak pernah membaca secapai novel Lee. Justru jika dinilai, aroma Jawa kental dan menggeser Alabama yang kental nuansa rasis pada waktu itu. Penggunaan istilah kadang meloncat menjadi dewasa, padahal sudut pandangnya anak kecil.

Secara umum, To Kill a Mockingbird versi Indonesia, tidak cukup menggembirakanku sebagai penyuka sastra. Terlalu jauh dari perkiraanku.

4 komentar:

  1. emang udah baca aslinya? kok bisa membandingkan :)

    kalo ga puas baca aja terjemahan dr penerbit lain :) yg ada gambar aneka burung di taman eden itu beda penerbit kan?

    BalasHapus
  2. Aku tidak membandingkan. Karya asli dan terjemahan, hal yang berbeda.
    Tapi menurutku, sekali lagi pendapat pribadiku, bukan keroyokan ala tim kampanye hura hura, rasa tak bisa dibantah. Jika aku bilang dapat bintang 3 dari 10, toh banyak orang kasih 9.Ha6
    Lagian aku orang teknik, bukan sastra. Novi temanku.

    BalasHapus
  3. loh, kok malah iklan buku sendiri :)) dasar...

    eh, aku orang psikologi. bukan teknik. tenang aja, aku profesional kok, gontok2an di MP tetep aja ga dimasukin hati, he

    BalasHapus
  4. Ya dah, mari bersalaman. Huwahaha

    BalasHapus