Header Ads

Pendidikan Alternatif bagi Anak: Mutlak dengan Kekerasan

Kupaksa dua anakku berpuasa senin kamis. Pagi pagi buta mereka kukejutkan dengan letusan pistol. Kucorongkan mulutku, Imsak tinggal lima menit. Cepat kalian makan. Kubohongi mereka, waktu masih menunjukkan pukul 2 dini hari. Sahur harus mereka lakukan dengan cepat agar sisa waktu dapat dimanfaatkan untuk salat tahajud. Ibadah harus dilakukan secara ketat, dikalkulasi berapa derajat yang dapat diraih, biar Tuhan senang kepada kita.

Usai sahur dan salat tahajud, mereka boleh tidur sebentar. Sampai aku menyalak kembali saat azan subuh diperdengarkan si muazin kurang cengkok di musala dekat rumah. Dalam hal salat berjamaah, aku sedikit longgar. Mereka bebas melakukan salat di rumah saja. Toh sudah ada para jamaah tua.

Dua cangkir kopi panas harus mereka teguk. Masing masing mendapat satu potong kue basah. Tak boleh tidur lagi, pelajaran yang akan didapat di sekolah mutlak mereka siapkan. Jangan sampai teman lain mendahului mereka. Dua anakku harus menjadi yang terunggul. Mau ditaruh dimana mukaku? Gelar akademisku banyak. Jika anak anakku bodoh, tentu memalukan dan harga diriku runtuh.

Terima kasih buat istriku yang mendukung cara mendidik anak sesuai pilihanku. Kita tinggal tunggu apakah berhasil yang aku lakukan.

-Menggagas rumah psikologi keliling. Mengumpulkan para psikolog dan psikiater, menyalurkan mereka untuk bertandang ke rumah rumah penduduk. Lebih mengembangkan senyum khas Indonesia.

Tidak ada komentar