Header Ads

Menerima Sebungkus Parsel Berupa Seorang Lelaki Lemah Mental

Seorang berkarakter aneh di sebelahku. Telentang dalam posisi acak, berceracau bebas, matanya berkedip hebat. Perawakannya lumayan tegap, dengan janggut lebat, dan kaki kiri bergelang karet tebal hitam. Ia ingin bercerita sesuatu, kusorongkan daun telingaku ke arah kiri memperpendek jarak tubuhku dan dirinya. Berharap resonansi suaranya menyambangiku.

Lelaki separuh baya itu tidak gila. Kuperhatikan emosinya hanya tidak stabil. Seorang perempuan berjilbab mendekati lelaki bergelang kaki itu sembari mengucapkan kalimat akrab. Aku yakin ia ibunya. Meninggalkan puteranya sebentar, lalu kembali dengan menyuguhkan segelas es cendol.

Atau, jangan jangan mereka sepasang suami isteri?

Sendawa keras keluar dari mulut lelaki itu diikuti seka kumis kotor oleh si perempuan. Memerintah agar beristighfar, perempuan itu mengembalikan gelas kepada si penjual cendol. Pandangan lelaki labil emosi kembali nanar. Bibirnya bergetar getar dalam frekuensi lebih.

Di Masjid Ujung Berung yang beberapa hari lagi aku tinggalkan. Menikmati keindahan bernama kasih sayang seorang ibu atau istri yang merawat anak atau suaminya yang sakit.

Tidak ada komentar