Header Ads

Menerima Perlakuan Suami Ringan Tangan (Tak Mau Dimadu, Tak Mau Dicerai)

Kuterima perlakuan suamiku. Kebrutalannya saat menyiksaku, cemooh dalam setiap ucapannya, kuikhlaskan melayang ke sekujur tubuhku. Badanku yang tercabik oleh tangannya yang ringan sudah menjadi hal biasa dalam hidupku. Jika aku tak teringat puteri kecilku yang masih membutuhkan ayahnya, aku pasti sudah merelakan suamiku yang sudah kerasukan setan menjadi milik perempuan lain.

            Aku tak mau menjadi madu, diceraipun aku tak rela. Hati puteriku menjadi pertaruhan jika aku menerima keinginan suamiku. Sudah berapa anak yang hancur melihat kedua orangtuanya berpisah. Mereka terpukul dengan tindakan orangtua yang seakan mau menang sendiri, tak mau mengerti suasana hati anak. Aku tak mau semua itu terjadi pada anak perempuanku.

            Pernikahan adalah hal teramat indah bagiku. Dulu aku mau dipinang oleh suamiku karena aku melihat sisi baik darinya. Mengingat kebiasaannya merokok seperti kereta api, kebiasaannya mengumpat, dan menenggak minuman keras, tak akan membuatku dewasa. Aku sedari awal berjanji untuk menjadi pendamping sekaligus penunjuk arah baginya.

            Kukuatkan hati menerima perkembangan yang tidak memuaskan pada kelakuan suamiku. Kali ini, dia sudah berani main tampar di depan puteri kami. Aku masih menyayanginya, tapi kenapa yang kuucapkan selalu menjadi sampah baginya.

            Jika Anda mempunyai masukan untuk memecahkan masalah ini, silakan mengirimkan SMS ke nomor berikut: 022 3456790

3 komentar:

  1. tak jarang anak lebih dewasa dan punya kesiapan dari yang kita kira...ikut prihatin.

    BalasHapus
  2. boleh forwardkan?
    seorang perempuan adalah seorang istri tetapi juga seorang ibu yang punya kewajiban melindungi anak-anaknya.

    BalasHapus
  3. Silakan Mbak.
    Tapi saya malu. hehehe

    BalasHapus