Header Ads

Guru Biologi SMA-ku Ternyata Drakula!

Aku membayangkan guru biologi SMA-ku mempunyai darah drakula. Setiap bulan purnama, dia mengendap-ngendap dari rumahnya, menuju hutan belantara. Dia akan bergabung dengan para koloni drakula yang akan berpesta pora menyesap darah dari leher seorang manusia murni. Sebelumnya, para laskar drakula telah mempersiapkan sandera itu. Diberi makan yang enak, minuman berkualitas tinggi, ia dicuci otaknya dan dibuat supaya terbuai. Dan malam inilah pesta berlangsung.

            Guru biologi-ku memang galak. Aku mati kutu dibuatnya. Setiap pelajaran yang dia terangkan, aku selalu mengantuk dan malas mengikuti. Intonasi suaranya yang seperti burung beo membuat telingaku panas. Kadang aku izin untuk kencing agar emosiku tak meledak. Berlama-lama di WC, aku pernah kaget saat pintunya diketuk.

            Aku sangka Pak Kebon membobol pintu karena mendapat laporan pintu macet dari murid. Diam diri agar ulahku tak ketahuan, aku berkomat-kamit mengucapkan jampi-jampi. Pergi sana, Pak Kebon. Aku di sini baik-baik saja. Ucapku berulang kali.

            Akhirnya suara itu pergi. Tapi bayangan siapa kira-kira yang mengetuk pintu WC membuatku penasaran. Bisa jadi Guru Biologi sialan itu yang melakukannya. Mencariku karena sudah lima belas menit aku tak kembali ke kelas. Beruntung jampi-jampiku berhasil mengusirnya. Mungkin dia takut, semacam menghindari bawang.

            Bel berbunyi, waktu istirahat dan kesempatanku untuk segera menuju kantin.

            “Dari mana, Boy?” muka itu kukenal, Guru Biologi dingin berada di kantin. “Lama sekali kau di kamar mandi? Apa yang kau lakukan?”

            Tempurung kakiku mendadak saling beradu. Kata-kata tak mampu kuucapkan untuk membela diri.

            “Anu ... anu, Pak?”

            “Kau ada acara tidak malam ini? Kami akan membuat pesta biologi.” Tawarnya.

            Hah, pasti dia akan menyanderaku dan menghisap darah dari leherku. Aku takut setengah mati, semua yang kupikirkan menjadi kenyataan. Tak kusangka, guru biologi ternyata drakula.

            “Hai, kenapa kau melamun?” desaknya.

            “Pes ... pesta apa, Pak?” ucapku ketakutan.

            “Malam ini, kelas kita akan membuat pesta perpisahan. Menunya daging ayam bakar rasa bawang.”

            Jelas sudah jika dia drakula. Tapi, mengapa dia membuat masakan dengan bumbu bawang. Bukankah drakula tidak menyukai bawang. Kekuatannya akan hilang jika melihat bawang, atau menghirup bau bawang.

            “Saya tidak ikut, Pak!” Teriakku.

            “Bagaimana kau tidak ikut. Saya akan berpisah denganmu. Besok saya dipindahtugaskan ke sekolah di luar kota.”

            Pasti, dia dikeluarkan sekolah karena dia drakula. Syukur, aku tak akan mempunyai guru drakula lagi.

            “Makasih. Aku tidak punya guru drakula lagi.” Teriakku girang meninggalkan sang guru.

            “Maksud dia ....” guru itu bengong.

10 komentar:

  1. Monyoooong......... Yang bulan purnama tu manusia serigala kaleeee...... >:p

    BalasHapus
  2. ah biarin ...
    kan tokoh piksi ... nabrak-nabrak dikit kenapa?
    wuemang drakula ga jadi pas bulan purnama ya?
    Aku memutuskan mundur karena malu telah berbuat salah.
    hik hik

    BalasHapus
  3. Bagus. Kau konsekuen. Persis gurumu yang penghisap darah itu.

    BalasHapus
  4. terima kasih
    rasa penyesalanku ada artinya, ternyata.
    setidaknya aku nanti tidak berreinkarnasi jadi Babi karena ulahku di dunia.
    Semoga jadi peri cantik.

    BalasHapus
  5. Tidak Ratu Dangdut dong ...
    Aku akan menghibur belantara musik tanah air.
    Goyang, goyang, muter, muter ....

    BalasHapus
  6. Suara apaan sih ini? Mbok pakai suara yang berdenting gitu lo.
    Aku membayangkan saus tomat je! :P

    BalasHapus
  7. Saus apapun yang anda inginkan, Bung, hehehe......

    BalasHapus
  8. Aku ga mau dipanggil Bung!
    Panggil aku Prof sajah ....
    hehehe
    meuni takut Bung teh kaya koruptor gitu ...

    BalasHapus