Header Ads

Kantor Pos Menuju Kematian (Sesuatu Bernuansa Orange)

Pengatur lalu lintas itu memakai seragam orange. Di dekatnya seorang penjual jeruk, warnanya hijau dan orange. Sebelahnya lagi, penyapu jalan memakai baju orange. Mereka berada di depan kantor pos yang sebagian besar bangunannya dicat warna orange. Kekompakan yang tak disengaja, mencerahkan hati insan yang melihatnya.

            Orange, kesebelasan sepakbola Belanda berseragam warna orange. Mereka meminum jus jeruk di dalam botol selama turun minum. Tegukan mereka terlihat jelas dari monitor super raksasa di stadiun utama. Kaos kaki para pesepakbola kampung ada yang berwarna orange, selebihnya warna biasa; merah dan putih. Warna orange mencolok dan menyerap perhatian penonton.

            Sayang seribu sayang, saat adik sakit di rumah sakit, tak ada suguhan jeruk warna orange. Hanya semangka berbiji dan pisang berwarna hijau. Adik merengek meminta jeruk orange pada larut malam. Dia menjerit-jerit sedang dikerjar monster berbulu yang mengatakan, “Beri aku jeruk ... cepat beri aku jeruk!”

            Sempoyongan mencari penjual buah di jauh malam yang dingin, ayah mencari akal bagaimana menuruti permintaan adik. Berkeliling kota, dia tak menemukan apa-apa selain para remaja yang menempel selebaran. Ayah mendekati mereka dan bertanya dengan napas memburu.

            “Kalian ada yang tahu di mana toko buah di dekat sini?”

            Mereka tak menggubris. Mata mereka tetap terpaku pada dinding-dinding yang hendak ditempeli. Dua wajah lelaki berpeci yang mengumbar senyum siap dipasang. Hari pemilu makin dekat, ketegangan ayah makin dekat pula. Pasti adik di rumah sakit terus berteriak meminta jeruk. Sang ibu yang menemani akan kalang kabut dibuatnya.

            “Kalau supermarket ada tidak yang buka sekarang?”

            Remaja itu malah tertawa, tak ada jawaban yang ke luar dari mulut mereka. Ayah semakin kalut dan segera meninggalkan kumpulan penempel gambar wajah lelaki yang sepertinya penting.

            Tak berani balik ke rumah sakit, ayah menyusuri jalan dengan sepeda bututnya. Dia takut tak membawa jeruk dan membuat membuat kecewa adik. Dua jam berjalan, dia menunggu biar subuh menjemput. Pada jarak sekitar seratus meter, ayah melihat seseorang bergerak-gerak. Dia memakai baju berwarna orange. Penasaran, ayah mendekatinya. Berharap kali ini pertanyaan yang akan dilontarkannya akan dijawab. Tidak seperti pengalaman buruk sebelumnya.

            Tukang sapu itu tersenyum bersamaan kokok ayam jantan. Subuh telah tiba, angin yang bercampur embun segar menyapa wajah ayah. Sebentar lagi pasar-pasar akan buka dan diramaikan oleh para pedagang. Mereka akan merapikan dagangan berharap para pembeli terpikat. Di sana pasti ada jeruk berwarna orange. Permintaan adik.

           

Tidak ada komentar