Header Ads

Sejarah Rindunesia Terkapar

Bangsa yang tak punya sejarah. Semua terkubur ke dalam sebuah keangkuhan yang menderu. Anggota tubuh menyatu dalam darah kemunafikan. Rindunesia menjerit tanpa warganya yang tahu penderitaan batin dan peduli padanya. Semua tenggelam dalam kepayahan yang seakan tak pernah mau keluar. Sejarah bangsa yang luput dalam teropong anak bangsanya sendiri.

            Rindunesia sebuah bangsa yang kehilangan jati diri. Dimana-mana orang sibuk berkaca dengan aneka sistem bangsa lain. Amerika dengan gaya kapitalismenya menjadi acuan sebagian besar pejabat. Korea mendapat pujian deras pelaku dan penikmat bisnis. Cina dengan gurita mutakhirnya disanjung akan menjadi kekuatan prima. Jepang masih menggurita dan semakin asyik menyesap kenikmatan bangsa Rindunesia. Belum lagi bangsa lain, mereka antre panjang menunggu giliran menggagahi nusantara.

            Di manakah sejarah itu? Terkuburkah bersama pahlawan bangsa yang membusuk oleh ingatan pudar anak-anaknya? Atau, sengaja dijadikan komoditi tak populer oleh penguasa. Pengadil rakyat yang lebih suka menunduk dan menghamba kepada bangsa asing. Rindunesia tak punya sejarah yang membanggakan di kepala anak bangsa. Semua raib bersama berjalannya globalisasi.

            Andai aku menjadi pendiri bangsa, aku pasti kecewa dan akan terserang radang otak akut. Mati karena memikirkan anak cucu sudah tak menghargai pengorbanan mereka. Semua seakan sia-sia dan tak bisa diharapkan. Pendiri bangsa semakin membusuk di liang lahat.

            Sejarah tak akan pernah terulang memang benar adanya. Tapi tak bolehkah anak bangsa membongkar kotak itu untuk melihat isi di dalamnya. Membaca makna yang disimpan moyang bangsa. Anehnya, kotak sejarah itu tak berisi apa-apa. Selain debu dan aku pun tak sudi menyentuhnya. Aku tenggelam bersama mereka yang tak peduli terhadap jalannya bangsa ini.

6 komentar:

  1. Barangkali karena nenek moyang bangsa ini tak mewariskan tulisan (baca: dokumentasi tertulis) melainkan hanya sangat minim jumlahnya, konon pula hanya tersimpan dalam museum-museum berkunci rangkap sepuluh? Untuk mengaksesnya saja susah.

    BalasHapus
  2. "Halo, halo ... kepada para penguasa museum, BANGUNLAH!"
    Aku saja pengin ke museum hari sabtu, kebanyakan pada tutup. Padahal orang kerja kan liburnya sabtu?!
    Mengerikan ya
    Mingkem, Fa!

    BalasHapus
  3. ...........................................
    ............................................
    ...........................................
    ...........................................
    *mingkem dengan penuh perasaan takut, takut dicatok Penulis Bermulut Ular Menganga*

    BalasHapus
  4. makanya lebih baik diam. Karena diam itu emas 25 karat.

    BalasHapus
  5. ...........................................
    ............................................
    ...........................................
    ...........................................
    *mingkem dengan penuh perasaan takut, takut dicatok Penulis Bergigi Emas 25 Karat*

    BalasHapus
  6. ya betul. Tindakanmu sudah tepat. GBHN Rindunesia harus dilaksanakan!
    Segera, atau kau kupopor sama AKA 57!
    (militer banget ya)

    BalasHapus