Saya Bertemu Presiden (Rahasia Maut tak Terekspos)
Jika saya diberi kesempatan oleh Menteri Sekretasis Negeri untuk bertemu dengan Presiden Rindunesia, apa yang akan saya lakukan:
- Mengucapkan salam manis dengan uluran jabat tangan hangat.
- Mengumbar senyum semenarik-menariknya. Ini untuk membuktikan kepada beliau bahwa saya adalah warga negara yang ramah dan memesona.
- Menjaga sikap dan kelakuan. Jangan sampai memalukan diri sendiri karena jika bertindak berlebihan bisa dianggap sedang mempraktikkan teori “Asal Bapak Senang” atau budaya “Menjilat Atasan”.
- Tidak akan duduk terlebih dahulu sebelum beliau mempersilakan. Untuk menghindari prasangka “Serobot Enak Gila!” terpaksa saya berlaku sopan tanpa dibuat-buat.
- Berbicara teratur dengan bahasa tangan yang sama dengan Sang Presiden. Agar beliau senang bahwa ajaran politiknya telah dipraktikkan oleh salah satu anak bangsanya.
- Jika berkenan saya akan mengajak beliau berkaraoke. Menyanyikan lagu-lagu patriotik atau cinta karya beliau. Sungguh suatu kebanggaan melantunkan nada-nada menyayat gubahan presiden Rindunesia yang berhati lembut. Saya akan berucap,”Mr. President, bagaimana jika kita menyanyikan lagu ‘USA is my King’?”
- Andai si Bapak marah dan merasa harga dirinya turun, saya rela diusir dari Istana Negeri.
- Saya akan menyapa Ibu Presiden, “Madam, punya anak bujang tidak selain yang tentara itu?”
- Menyerahkan nomor telepon pribadi saya kepada Bapak Presiden. Barangkali beliau kangen pada saya.
- Cuci piring, mengepel, mencuci baju, dan lain sebagainya. Saya ingin merasakan kenikmatan menjadi pembantu presiden. Berjanji memulai karir dari nol, saya akan mempraktikkan secara sungguh-sungguh ketrampilan saat menjadi buruh migran.
Post a Comment