Header Ads

Menggagas Bisnis Hiburan Tanpa Sponsor Rokok (Bangsa Pecandu Rokok)

Sponsor Bukan Rokok

 

Cukai aku tak tahu apa artinya. Seperti cuka yang sering dikucurkan saat makan bakso. Asam dan menyegarkan. Tapi tak begitu baik jika dikonsumsi oleh orang yang berpenyakit maag. Dijamin asam lambung akan melonjak dan membuat nyeri. Dompet serta merta terkuras untuk membeli obat peredanya. Cukup menyebut lantang ke penjaga apotek, dijamin mereka menyerahkan dengan senyum manis tanpa izin dokter.

            Bea Cukai institusi yang bergelimang harta. Rindunesia juga punya instansi seperti itu. Tapi sedikit menyerupai pabrik. Urusan pajak perdagangan atau apa disebutnya harus melalui pintu Bea Cukai. Rokok terutama. Menurut kabar burung usil, cukai tembakau sangatlah besar. Tak mampu jika anak SD disuruh menghitungnya. Hanya pejabat bergelar minimal sarjana boleh melakukannya. Kantornya pun tertutup rapat agar maling-maling tidak mampu mengendus. Rahasia negara harus diamankan.

            Pabrik rokok rakyat menjerit. Cukai tembakau dinaikkan selangit. Membuat harga mustahil untuk diterima pasar. Para pecandu rokok. Sebaliknya pabrik-pabrik rokok mapan lantang beriklan di televisi-televisi swasta. Bahkan televisi negeri berniat untuk meminta dana kepada perusahaan rokok yang baik hati.

            Pemerintah melarang iklan rokok di bawah jam 9 malam. Alasannya, banyak anak kecil yang keranjingan sinetron duduk manis di depan televisi. Tidak baik mencekoki mereka dengan tembakau ajaib. Penduduk akan sakit mulai usia dini.

            Jam prima televisi telah berakhir. Waktu orang dewasa sekarang. Sepakbola, Grand Prix, badminton, tinju, semua didukung produk rokok. Pendukung prestasi olahraga Rindunesia. Kaum remaja tak mau ketinggalan, acara musik juga didukung sepenuhnya oleh rokok-rokok filter yang ringan nikotinnya.

            Tak lupa, besok pagi ada acara cerdas cermat yang berhadiah Studi S2 di perguruan tinggi negeri. Pemasok energi acara tersebut sudah tak asing lagi: Perusahaan Rokok Terbesar.

            Bangsa Rindunesia sedang kecanduan rokok. Ada yang bilang, “Setelah rokok, narkoba.”

           

4 komentar:

  1. Aku disuruh mamakku berhenti merokok dengan imbalan selembar duit merah. Sedang kupertimbangkan.

    BalasHapus
  2. Nah lebih bagus kan?
    Duit merah itu dibelikan buku saja.
    Aku sebentar lagi buka bisnis buku online!
    Hahahaha

    BalasHapus
  3. Kau makin money oriented deh. Ku takut kau akan segera mengalami Kutukan Buku Pertama.

    BalasHapus
  4. Ah apalah arti nini pelet. Kutukannya tidak mempan.
    La wong aku nih nenek Nini Pelet!

    BalasHapus