Header Ads

Menolak Pujian Agar Kutak Terlena (Dangdut Remix)

Aku bukannya menolak seluruh pujian yang dialamatkan kepadaku. Tapi sejak kecil aku berusaha menghindari hal seperti ini. Aku sangat takut menjadi orang takabur. Biarkanlah semua hal yang kulakukan, sebaik apapun itu, menjadi pelajaran bagiku untuk menjadi lebih baik.

      Sadar juga mempunyai kekurangan, aku ingin berkembang apa adanya tanpa adanya sebuah elu-eluan yang nantinya bisa menggeser prinsip-prinsip hidupku. Kelebihan tidak boleh digembar-gemborkan, sebaliknya kekurangan harus menjadi pemacu agar kita terus berbuat lebih baik.

      Dari dulu takut jika menjadi orang sombong. Aku sedikit yakin bahwa aku mempunyai beberapa bakat yang menonjol. Ugh ... kalimat terakhir ini saja mempunyai aroma kesombongan. Andai kalian tahu isi hatiku, aku tidak ingin dipuji setinggi langit. Aku benar-benar takut berada di ketinggian seorang diri. Ini membuatku tersiksa dan terasing. Jujur aku ingin menjadi orang biasa dengan mimpi-mimpi luar biasa. Dan itu aku tak ingin dikotori oleh pujian membabi buta sementara aku adalah insan yang baru belajar berdiri.

      Kumohon dengan setulus hati, jangan puji aku terlalu berlebihan. Biarkanlah aku berkembang bersama alam yang mendukungku. Tapi aku juga mengucapkan terima kasih atas apresiasi kalian. Dan aku berjanji untuk lebih meningkatkan kualitas hidupku.

13 komentar:

  1. sudah sembut mz penyakit narsisnya....he he he

    pujian itu bagiku sangat menakutkan

    BalasHapus
  2. Ya ... setelah berkonsultasi dengan sesepuh FVI, aku rasa hanya kerendahan hati dan ketidakberingasan yang menjadikanku seperti ini.
    Memang, hidup harus tawadlu dan tidak saling tonjok.
    Halah teu nyambung euy!

    BalasHapus
  3. Baguslah, aku memang sudah yakin bahwa kau rendah budi, eh, maksudku rendah hati.... Halah.

    BalasHapus
  4. Aku rasa benar kata nenek moyang.
    Semakin yakin diri kita rendah hati, disitulah bibit kesombongan menyeruak.

    BalasHapus
  5. Iya, aku pikir untuk urusan moral, nasihat nenek moyang masih sangat relevan. Asalkan mereka jangan menasihati kita urusan cara berbusana. Aku tak sudi memakai pakaian kulit kayu atau kancut daun tebu. Gatal.

    BalasHapus
  6. Ah sebenarnya kamu itu memelintirkan fakta!
    Nyatanya kamu garuk2 terus tuh?!
    Kayak nyomet dewan terhormat! hahahhaa

    BalasHapus
  7. Aku bukan garuk-garuk, aku urut-urut. Daripada diurut sama Mak Kerot? Yuck.

    BalasHapus
  8. Beuh sudah jangan ngomongin Mak Kerot melulu!
    Bikin ga Pede
    ganti pembicaraan!

    BalasHapus
  9. Wahahaaaaa, kau pasti jadi kepikiran khaaaaan??? Atau jangan-jangan kau membutuhkan jasa Mak Kerot? Hiyahahahaaaaa.........

    BalasHapus
  10. So pasti. Produk tradisional harus kita jaga. Jangan sampai disambar orang. Ntar marah, sewot, menggeliat pasrah ....
    Kalau perlu, produk asli negeri ini dicelupkan ke air keras, dimumikan, atau dilaminasi. Biar negeri lain ga bisa ngerebut. Proteksi seketat mungkin dan kasih kapur barus.
    Dan setelah itu, mari kita tidur!

    BalasHapus
  11. Menurutku lebih brilian kalau dibekukan. Pasti lebih awet, bagaikan sarden-sarden di kulkasku. Yuk mari.

    BalasHapus
  12. Mari ... masak dulu yah!
    Apa glegek aja langsung?
    Iklan banget sih dirimu, sarden aja dibuat komentar!
    Ah ga kreatib hhahahahaha

    BalasHapus
  13. Ih, itu namanya kreatip, hal yang gak dipikirin orang bisa diiklankan! Aku memang cocok kerja di advertising. Apalagi aku cukup tampan.

    BalasHapus